Potongan video Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan (Zulhas) soal gerakan tahiyat dalam shalat menjadi viral dan mendapatkan perhatian. Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Prof. Dr. Ma’mun Murod, menilai perhatian itu terlalu berlebihan.
Prof. Ma’mun kemudian mengkritik bangsa ini tidak belajar dari dua pilpres sebelumnya. Menurutnya, urusan politik adalah urusan duniawi dan tidak perlu digiring pada persoalan ibadah, terutama yang dikaitkan dengan Islam.
“Karena kita tidak belajar dari dua pilpres sebelumnya, sehingga kita masih seperti ini. Pernyataan seperti itu dianggap melecehkan Islam dan salat. Menurut saya, sikap itu terlalu berlebihan, terutama yang berasal dari pribadi pengurus MUI,” ujar Prof. Ma’mun, Kamis (21/12/2023).
Lebih lanjut, Prof. Ma’mun menegaskan bahwa Zulhas hanya bercanda politik semata. Yang menjadi masalah, Zulhas adalah Ketua Umum dari partai pendukung pasangan Prabowo-Gibran. Jika Zulhas bukan dari pendukung Prabowo-Gibran, mungkin persoalan ini tidak akan menjadi seperti sekarang.
“Ini karena Bang Zul mendukung Prabowo-Gibran. Saya yang dua kali pilpres mendukung Prabowo dan dipastikan pemilu besok, 2024, saya tidak akan mendukung Prabowo, saya tetap menganggap pernyataan Zul itu pernyataan bercanda saja,” ujar Prof Ma’mun.
Prof. Ma’mun juga menilai hal tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi politisi lainnya untuk menjaga ucapannya. Sebab saat ini suasana sedang menuju Pemilu 2024. Di sisi lain, masyarakat juga diminta untuk lebih dewasa dan tidak mencampuradukkan persoalan seperti itu dengan agama.
“Saya kira pemilih kita harus lebih dewasa, jangan mencampuradukkan persoalan seperti ini dengan agama. Kemudian dianggap menodai keislaman, akidah, dan lain sebagainya, itu sangat berlebihan,” ujar Prof. Ma’mun.
Ia menambahkan bahwa yang melontarkan candaan seperti Zulkifli Hasan, masih seorang muslim. Jadi, menurut Prof. Ma’mun, tidak mungkin berniat untuk melecehkan Islam.