Prabowo Subianto mengenang dua komandan militernya, Pak Agum dan Pak Yunus Yosfiah, dalam bukunya “Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”.
Pak Agum, pernah menjadi komandan Prabowo saat ia masih menjadi komandan Grup 3 Pusdikpassus Batujajar. Mereka sudah saling mengenal sejak Prabowo baru saja masuk Taruna, karena Pak Agum merupakan keluarga dari ajudan ayah Prabowo di kabinet Pak Harto.
Prabowo memuji Pak Agum sebagai perwira yang cerdas, berwajah baik, karismatik, mudah bergaul, dan memiliki kemampuan memikat simpati anak buah, atasan, rekan, dan rakyat. Pak Agum juga ahli dalam ilmu intelijen operasi Sandi Yudha dan memiliki gaya kepemimpinan yang persuasif.
Walau terkadang ada ketidakselarasan komunikasi, Prabowo tetap menganggap Pak Agum sebagai aset bagi bangsa Indonesia.
Sementara itu, Prabowo pertama kali bertemu dengan Pak Yunus Yosfiah di sebuah operasi di Timor Timur, di mana Letnan Mayor Yunus menjabat sebagai Komandan Tim Khusus. Prabowo sendiri baru saja lulus latihan komando dan masuk grup 1 Parako dari Kopassandha.
Pak Yunus dikenal sebagai pemimpin yang memberikan contoh dan komandan yang selalu berbagi beban dengan anak buahnya. Kesabaran dan ketenangan Pak Yunus juga memberikan pengajaran bagi para prajurit.
Pak Yunus dianggap sebagai sosok yang pantang menyerah, memiliki tekad yang sangat kuat, dan sering dianggap terlalu keras pada anak buahnya. Namun, pengalaman di bawah kepemimpinan Pak Yunus memberikan manfaat besar bagi Prabowo dalam mempersiapkan karier militernya.
Prabowo menganggap pengalamannya di bawah kepemimpinan Pak Yunus sangat berharga, dan seringkali menceritakan betapa beliau tampak antara lain karena komandannya dulu, Pak Yunus Yosfiah.