33.8 C
Jakarta
Friday, October 18, 2024
HomeGaya HidupSiasat Menjegal Trauma Pascabencana - prabowo2024.net

Siasat Menjegal Trauma Pascabencana – prabowo2024.net

Trauma bisa dialami oleh siapa pun yang menjadi korban atau penyintas dari bencana. Namun, tidak semua penyintas akan mengalami fase tersebut. Palupi Budi Aristya atau Upi (21 tahun) belakangan merasa gelisah. Aktivitas Gunung Merapi, Jawa Tengah yang meningkat, menimbulkan ketakutan yang mendalam baginya. Ingatan masa kecilnya tentang peristiwa besar pada 2010 membuatnya mudah merasa takut. Saat itu, Upi dan keluarganya harus mengungsi untuk menyelamatkan diri dalam keadaan panik dan mencekam, meninggalkan rumah mereka yang hancur, akibat letusan terbesar Merapi di era modern. Upi mengatakan bahwa trauma yang ia alami mungkin lebih karena merasakan panik setelah letusan, mengungsi, dan ketakutan itu terulang kembali.

Letusan Merapi pada tahun 2010 menyebabkan kerusakan yang besar. Lava pijar menghancurkan desa-desa di selatan lereng, sepanjang jalur Kali Gendol di Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. Di sanalah rumah Upi berada, hancur dan tertutup oleh abu. Saat ini, setelah lebih dari sepuluh tahun berlalu, kenangan itu kembali menghantui Upi karena aktivitas gunung meningkat dalam beberapa hari terakhir, dan ia merasa panik setiap kali mendengar suara letusan.

Muhammad Arista Ramadhani, atau Aris (27 tahun), merupakan penyintas bencana gempa dan tsunami Aceh pada tahun 2004. Ia memiliki pengalaman yang sulit dalam mengatasi trauma akibat bencana alam. Ketika tsunami terjadi, Aris masih kecil, tapi ingatannya jelas tentang bagaimana ia dan keluarganya melarikan diri ke puncak bukit, dan menyaksikan kota mereka tersapu gelombang tsunami. Aris dan keluarganya selamat, tapi rumah mereka yang berada tepat di bibir pantai, di Desa Lhok Kruet, Kecamatan Sampoiniet, Aceh Jaya, luluh lantak ditelan gelombang.

Ketakutan akan laut dan gelap turut membentuk kehidupan Aris setelah bencana. Butuh waktu bertahun-tahun bagi Aris untuk pulih dari fase traumatis tersebut. Salah satu yang membantu adalah dukungan psikologis yang ia terima dari berbagai relawan dan pendamping pemulihan pascatsunami. Kini, setelah dewasa, ia mengaku sudah kembali berdamai dengan laut dan mampu berkegiatan diving dan snorkeling. Hanya saja, masih ada satu gejala traumatik pada Aris yang belum hilang, yaitu takut akan ketinggian.

Trauma, yang merupakan singkatan dari Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), dapat terjadi pada setiap korban atau penyintas dari suatu kejadian bencana. Namun, tidak semua penyintas akan mengalami fase tersebut. Kebanyakan penyintas, berkat resiliensi yang baik serta dukungan komunitas, hanya mengalami fase stres sesaat kemudian pulih kembali seiring membaiknya situasi pascabencana.

Wahyu Cahyono, seorang praktisi Psikologi Kebencanaan, menjelaskan bahwa dampak psikologis yang dirasakan setelah kejadian bencana adalah sesuatu yang wajar dan normal dalam situasi tidak normal (bencana). Kebanyakan korban mengalami kekagetan karena kehidupan mereka berubah drastis dalam waktu singkat. Mereka kehilangan rutinitas, harta benda, bahkan anggota keluarga. Dalam keadaan seperti ini, setiap orang normal akan merasakan kesedihan yang besar.

Relawan bencana memegang peranan penting dalam memberikan dukungan psikososial bagi korban bencana. Mereka membantu korban untuk mengelola dampak psikologis yang mereka rasakan akibat bencana. Kegiatan pendampingan untuk anak di lokasi bencana sekaligus menjadi upaya observasi. Jika ada yang mengalami gejala serius yang mengarah ke trauma, maka akan dilaporkan untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

Dukungan psikososial oleh relawan bencana dapat berupa berbagai kegiatan seperti bermain, group games, sesi cerita, dan kegiatan yang menceriakan kembali anak-anak terdampak bencana. Semua kegiatan ini bertujuan untuk membantu korban dalam memulihkan diri dari dampak psikologis akibat bencana.

Selain itu, dukungan psikososial ini juga melibatkan dialog dengan korban bencana tentang perasaan dan aspirasi mereka, serta proses penyembuhan jika ada korban yang mengalami luka fisik. Support dari relawan bencana ini sangat penting dalam membantu korban untuk pulih dari dampak psikologis yang mereka alami.

Source link

BERITA TERBARU
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER