Liputan6.com, Jakarta Guru Besar dalam Bidang Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Damayanti Rusli Sjarif mengimbau agar anak yang terdeteksi stunting segera diterapi agar tetap cerdas.
“Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa penurunan kecerdasan akibat stunting masih bisa diperbaiki 90 persen, jika dilakukan sebelum usia dua tahun dengan terapi nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein, serta stimulasi bermain,” ujar Damayanti dalam siaran pers BKKBN di Jakarta, Sabtu.
Bila anak-anak stunting tidak segera mendapatkan terapi, selain otaknya tidak berkembang, juga berpotensi menyebabkan mereka rentan menderita berbagai penyakit di masa depan.
“Untuk jangka panjang, anak yang kekurangan gizi akan menyebabkan stunting yang berdampak pada daya tahan tubuh, kecerdasan menurun, perkembangan terlambat, serta penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung, hipertensi, obesitas, dan lain sebagainya ketika dewasa,” kata Damayanti.
Kader KB dan TPK Rujuk ke Dokter Spesialis
Damayanti mengutarakan agar para kader keluarga berencana (KB) atau tim pendamping keluarga (TPK) dapat segera merujuk anak yang terdeteksi berisiko stunting ke dokter spesialis dan memberikan nutrisi atau asupan makanan tinggi protein.
“Selain dirujuk ke dokter spesialis anak, balita terdeteksi stunting harus segera diberikan nutrisi sesuai indikasi untuk mengejar pertumbuhannya dan kontrol teratur sampai balita pulih dari stunting untuk mencegah penurunan kecerdasan,” ucapnya.
Selain itu, mengonsumsi terapi nutrisi yang baik dalam makanan pendamping ASI (MPASI) juga sangat dianjurkan, dengan protein hewani setiap kali makan misalnya telur, hati ayam, daging merah, daging ayam, ikan, atau susu.