27.6 C
Jakarta
Sunday, September 21, 2025
HomeKesehatanTuberkulosis Disebabkan oleh Bakteri yang Menular, Bukan Penyakit Pewarisan

Tuberkulosis Disebabkan oleh Bakteri yang Menular, Bukan Penyakit Pewarisan

Gejala Awal Seseorang yang Terdeteksi Mengidap TB menurut Prof. Dr. Erlina Burhan

Apa sih gejala awal seseorang yang terdeteksi mengidap TB, Prof?

Baik, saya bicara TB paru dulu ya, karena kebanyakan kan TB paru nih, 80 persen saya katakan ya. Jadi kalau TB paru itu gejala yang paling umum adalah batuk. Batuk ya. Kemudian ada gejala lain yang orang enggak rasain, yaitu badannya anget-anget, atau demam tapi enggak terlalu tinggi. Jadi anget-anget gitu ya, dan kemudian bisa kembali normal tanpa pengobatan. Hilang-timbul, hilang-timbul demamnya.

Pernah ada lagi merasa lesu, letih, lelah, tapi orang suka mengira ah ini kan saya kecapekan karena kerja, karena lagi banyak tugas, gitu ya. Dan nafsu makannya menurun, sehingga kalau lama-lama nafsu makan menurun kemudian berat badannya juga turun. Tapi kadang-kadang yang denial bilang, oh iya Dok, saya turun karena saya mulai diet. Saya olahraganya kencang makanya turun.

Kalau saya terangkan kepada pasien, Anda berat badannya turun ya? Iya. Nah itu salah satu gejala dari tuberkulosis. Oh enggak Dok, saya ini memang lagi diet. Padahal itu adalah salah satu gejala ya. Dan selain itu, kalau parunya sudah terlalu luas kelainannya itu bisa sesak, sesak napas. Tapi itu kalau sudah parah ya. Kalau belum parah sih paling batuk-batuk doang.

Dan kalau sudah mengenai lapisan terluar dari paru yang kita sebut istilah medisnya pleura, itu biasanya ada nyeri dada. Tapi kalau hanya di jaringan paru sih enggak ada nyeri dadanya. Ya paling batuk, kemudian demam-demam. Batuk biasa nih, enggak ada batuk yang biasa. Orang normal itu enggak batuk.

Dari flu kan terus biasanya batuk?

Ya itu berarti karena ada flu kan? Ya jadi manusia normal itu enggak batuk. Kalau sampai batuk itu pasti ada sesuatu. Batuk itu adalah refleks dari saluran napas untuk membersihkan saluran napas. Misalnya karena ada dahak, karena proses radang misalnya ada dahak.

Dahak itu enggak boleh ada di saluran napas, jadi maka saluran napas akan melakukan reflek batuk, dikeluarkan. Kalau TB juga kan ada produksi dahaknya tuh, batuk juga karena ingin mengeluarkan itu.

Berarti kalau misalnya batuk dan terus-terusan itu berarti ada sesuatu?

Ada sesuatu, dan salah satunya di Indonesia terutama karena kita negara nomor 2 loh di dunia yang beban TB-nya tinggi. Nomor 2 di dunia, jadi untuk Indonesia kalau orang batuk-batuk, pikirkanlah, mungkin itu tuberkulosis. Dan saya mengingatkan tuberkulosis itu bisa disembuhkan, bisa dicegah.

Jadi enggak usah merasa malu dan enggak usah merasa takut. Periksa saja supaya ketahuan cepat. Kalau itu Covid kita bisa kok enggak malu-malu. Eh, gue demam nih. Gua mungkin Covid, mau swab ah, gitu kan? Nah, harusnya hal yang sama terjadi untuk tuberkulosis.

Kenapa ada mindset seperti itu untuk TB?

Karena itu tadi, karena stigma. Diskriminasi. Banyak masih di masyarakat kalau TB dijauhin. Anak-anak enggak diajak main, dikucilkan. Kalau yang kerja, kalau bisa dipecat. Makanya orang takut ketahuan tuberkulosis.

Ada sih perusahaan yang bagus, disuruh istirahat, disuruh berobat. Nanti kalau sudah negatif TB kerja lagi. Ada yang begitu. Itu keren perusahaan kalau begitu ya. Tapi ada juga loh yang nakal-nakal akhirnya lama-lama kontraknya tidak diperpanjang.

Padahal TB kan bisa sembuh. Kalau sudah sembuh, kalau sudah negatif, kalau minum obat sebulan dua bulan sudah negatif, kan sudah enggak menular. Jadi enggak usah takut.

Berarti untuk pencegahan bisa juga dengan banyakin minum vitamin untuk memperkuat sistem imun ya, Prof?

Betul sekali, karena hubungannya terutama adalah dengan daya tahan tubuh atau imunitas. Karena kan kuman TB ada di udara, kita enggak bisa lihat, ya kan? Kemungkinan kita semua bisa menghirup selagi kita bepergian kan? Kita kan enggak bisa milih ah lewat sini yang enggak ada TB-nya, enggak bisa, enggak kelihatan.

Pengalaman soal TB, ada keluarga yang pernah didiagnosa TB paru, sempat batuk-batuk, terus periksa. Gejalanya sama tadi yang seperti profesor bilang gitu ya, demam terus hilang-timbul. Paru-parunya disedot keluar kayak cairan pink gitu. Tapi enggak lama setelah itu malah tulang belakangnya sakit. Kenapa ya, Prof?

Tadi kan saya sempat menjelaskan bahwa kuman TB ini bisa menyerang semua organ tubuh ya. Jadi bisa ke otak, ke tulang, ke selaput paru. Makanya ada cairan tadi itu makanya disedot. Ya itu di luar paru sebetulnya. Tapi dia kenapa bikin batuk? Karena dia di selaput paru, dia mendesak paru, paru terdesak jadi batuk-batuk salah satu kompensasinya ya.

Nah, tapi ingin saya menjelaskan juga nih kepada masyarakat dimana pun tuberkulosisnya, organ manapun yang terjangkit atau terlibat, obatnya sama, OAT atau obat anti tuberkulosis. Yang membedakan hanya durasi pengobatannya. Untuk TB paru biasanya 6 bulan, sementara kalau TB di luar paru biasanya lebih lama. Bisa 9 bulan, bisa 1 tahun, bisa 1,5 tahun, bahkan 2 tahun, tergantung dari beratnya penyakit.

Dan itu mempengaruhi tulang belakang kayak jadi keropos gitu, Prof?

Iya, wah itu sakit banget. Kalau pasien-pasien saya itu sakit saya kasihan banget deh. Sampai jalan saja sakit, kita berdiri sakit, gitu ya. Sudah pakai korset juga sakit. Bahkan ada beberapa pasien yang memerlukan operasi ya, dibersihkan tulangnya.

Kemudian juga ada yang dipasang pen juga. Tapi walaupun sudah operasi, obatnya tetap diminum ya. Jangan merasa oh sudah operasi sembuh, enggak. Tetap perlu obat.

Agak ngeri-ngeri sedap juga ya, Prof?

Enggak apa-apa kok, TB ini bisa disembuhkan dan juga bisa dicegah sebetulnya ya. Jadi pesan saya, kalau Anda punya gejala, segeralah untuk memeriksakan diri. Dan kalau pun terdiagnosis TB, enggak usah panik. Obatnya ada, obatnya ampuh, dan gratis kalau ke fasilitas kesehatan yang milik pemerintah.

Dan minum obat jangan hanya 2 minggu, 2 bulan, gejala hilang langsung berhenti, enggak boleh. Minum obat harus sampai selesai. Jadi kalau 2 bulan atau 2 minggu itu kumannya belum mati semua. Mungkin sebagian mati, sebagian masih lemah, tapi harus sampai kumannya mati semua.

Dan itu butuh waktu, untuk paru 6 bulan ya. Jangan berhenti sebelum 6 bulan atau sebelum ditetapkan oleh dokter untuk berhenti, karena mungkin tahu lagu what doesn’t kill you will make you stronger? Nah, jadi kalau obat itu tidak sampai selesai, kumannya kan tidak sampai mati. Doesn’t kill ya. Maka kumannya akan menjadi stronger dengan cara bermutasi, menjadi kuman yang lebih kuat dan kebal dengan obat-obat yang terbukti ampuh.

Jadi perlu obat yang lebih keras, dengan efek samping yang lebih banyak, dengan durasi yang lebih lama. Jadi jangan sampai putus obat ya, karena kalau putus obat kemungkinan akan terjadi kebal obat atau resisten dengan obat. Kalau putus cinta lebih gampang ya, tapi kalau putus obat susah.

Source link

BERITA TERBARU

BERITA POPULER