Seorang pria pernah mengunjungi Rasulullah SAW dan mengatakan bahwa dirinya sering lupa dengan berbagai hal. Pria itupun bertanya kepada Rasulullah tentang apa yang perlu ia perbuat untuk mengatasi keluhannya.
Kisah ini dikutip dari kompilasi kalam Habib Ahmad bin Hasan Al-Athas. Pria itu mengeluh, “Ya Rasulallah, sungguh, saya ini adalah orang yang pelupa. Tolong ajari kami sesuatu.”
Kemudian Nabi Muhammad SAW mengajarkan “Baca kalimat ini setiap hari ya!”
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ نَفْسِيْ مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ
Allâhumma ij’al nafsî muthmainnatan, tu’minu bi liqâika wa tardlâ bi qadlâika
Artinya:
“Ya Allah, jadikan jiwa kami menjadi tenang, beriman akan adanya pertemuan dengan-Mu, dan rela atas garis yang Engkau tentukan.”
Setelah ijazah dari Rasulullah tadi dibaca tiga kali sehari, pemuda tersebut mengaku, “Setelah saya membaca itu, saya tidak pernah lupa tentang apapun.” (Lihat Habib Zain bin Ibrâhîm bin Sumaith, Al-Manhajus Sâwî, Dârul Ilmi wad Da’wah, [Hadramaut, 2005], halaman 234), mengutip NU Online, Sabtu (20/7/2024).
Dalam dunia medis, mudah lupa kerap dikaitkan dengan demensia. Ini adalah hilangnya fungsi kognitif secara progresif, ditandai dengan masalah ingatan, kesulitan berkomunikasi, gangguan penilaian, dan kebingungan berpikir.
Demensia paling sering terjadi pada usia sekitar 65 tahun ke atas, tapi merupakan bentuk penurunan yang lebih parah dibandingkan penuaan normal. Orang yang mengidap demensia mungkin kehilangan kemampuan untuk mengatur emosinya, terutama kemarahan, dan kepribadiannya mungkin berubah seperti mengutip Psychology Today.