Liputan6.com, Jakarta – Tradisi Lebaran yang diwarnai dengan hidangan lezat, seringkali menawarkan godaan kuliner yang sulit dihindari. Faktanya selama perayaan, mayoritas masyarakat bahkan sering mengonsumsi makanan khas Lebaran lebih dari tiga kali dalam sehari.
Namun, pola makan yang kaya akan lemak dan kolesterol ini dapat meningkatkan risiko kolesterol tinggi, yang pada akhirnya dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan jangka panjang. Itulah sebabnya setelah momen Lebaran berakhir, seringkali kita menghadapi tantangan baru dalam menjaga kesehatan, salah satunya adalah risiko kolesterol tinggi.
Kolesterol tinggi sudah merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pasca-Lebaran.
Seperti disampaikan dr. Abi Noya dari Alodokter melalui keterangan tertulis, “Kolesterol tinggi merupakan faktor risiko penting untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan peningkatan risiko terjadinya plak di dalam pembuluh darah, penyebab utama penyumbatan pembuluh darah. Kondisi tersebut berpotensi mengakibatkan serangan jantung atau stroke. Jadi, penting bagi kita untuk mengendalikan kadar kolesterol terutama pada masa liburan yang mungkin diisi dengan makanan yang tidak sehat.”
Selain pola makan yang tidak sehat, kata Abi, kurang aktivitas fisik selama libur Lebaran pun bisa menambah pada masalah kolesterol tinggi. Ketika pola makan yang kaya lemak dan kolesterol bertemu dengan gaya hidup yang minim gerakan, risiko kesehatan meningkat secara signifikan.
“Kurangnya aktivitas fisik tidak hanya menghambat metabolisme tubuh dalam mengelola lemak, tetapi juga berkontribusi pada penumpukan kolesterol jahat dalam pembuluh darah. Inilah yang kemudian membuka pintu bagi berbagai penyakit kardiovaskular,” tuturnya.