REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Lebih dari 1.000 pemukim ilegal Israel menyerang Desa al-Mughayir, di timur laut Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, pada Jumat (13/4/2024). Dalam serangan tersebut, belasan warga ditembak dan satu di antaranya meninggal dunia.
“Ini bukan kali pertama desa ini diserang. Desa kami terus-menerus menjadi target serangan serupa oleh para pemukim, namun ini adalah serangan terbesar dan paling kejam,” ungkap Kepala Dewan Desa al-Mughayir, Amin Abu Alia, seperti dilansir oleh Aljazirah.
Lebih dari 1.500 pemukim Israel berkumpul di dekat pintu masuk kota, di mana sekitar 500 orang di antaranya bahkan bersenjata. Mereka melanjutkan penyerangan ke kota tersebut selama sekitar tiga jam. Serangan ini menyebabkan Jihad Abu Alia tewas setelah ditembak langsung di kepala dengan peluru tajam.
Amin Abu Alia menyatakan bahwa selama tiga jam serangan oleh para pemukim, mereka menyerang 20 rumah dan membakar tujuh di antaranya, baik seluruhnya maupun sebagian. Selain itu, 20 kendaraan termasuk milik pengusaha lokal juga dibakar.
Sebanyak 35 warga mengalami luka-luka, dan 25 di antaranya terluka akibat tembakan peluru tajam. Petugas medis, termasuk ambulans Bulan Sabit Merah Palestina, dicegah untuk mencapai daerah tersebut oleh pasukan Israel, yang juga menghalangi mobil yang membawa warga terluka untuk meninggalkan desa.
Serangan tersebut dilakukan di bawah perlindungan tentara Israel. Petugas medis dari Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) menerima banyak panggilan telepon saat Desa al-Mughayir diserang oleh pemukim ilegal Israel. Abdulhadi al-Tarifi menyatakan bahwa setidaknya sembilan kendaraan PRCS dicegah masuk ke daerah tersebut.
Setelah mencari jalur alternatif, beberapa kendaraan berhasil menjangkau warga yang terluka. Namun, kendaraan ambulans juga ditembaki oleh para pemukim, sehingga merintangi upaya bantuan medis.
Nabil Abu Rudeineh, juru bicara kepresidenan Otoritas Palestina (PA), mengutuk terus berlanjutnya serangan pemukim terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki. Serangan umumnya didukung oleh pasukan bersenjata Israel.
Abu Rudeineh menyebut bahwa kejahatan yang dilakukan oleh milisi teroris adalah perpanjangan dari genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina. Ia menyerukan agar pemerintah Israel bertanggung jawab penuh atas serangan tersebut, serta meminta campur tangan dari masyarakat internasional dan pemerintah AS untuk mengakhiri kejahatan tersebut.
Serangan kemarin menambah daftar sekitar 700 serangan pemukim Yahudi sejak 7 Oktober di wilayah yang diakui secara internasional sebagai milik Israel. Serangan-serangan tersebut semakin meningkat sejak pemerintahan sayap kanan mengambil alih Israel pada tahun 2022.
Kebrutalan para pemukim ilegal tersebut menjadi salah satu faktor pendorong bagi pejuang Palestina untuk melancarkan Operasi Topan al-Aqsa pada 7 Oktober, yang kemudian dibalas dengan serangan brutal oleh Israel di Gaza.
Beberapa negara Barat telah memberlakukan sanksi terhadap individu yang terlibat dalam serangan tersebut, namun situasinya belum juga mereda. Hal ini terkait dengan dukungan pasukan Israel terhadap para pemukim.