Liputan6.com, Jakarta – Seseorang bisa terkena post holiday blues selepas musim libur panjang seperti Lebaran. Seperti disampaika psikolog klinis Kasandra Putranto, ada sejumlah penyebab seseorang bisa mengalami perubahan mood usai liburan.
“Post holiday blues adalah kondisi perubahan mood (suasana hati) sebagai akibat dari transisi antara masa liburan kepada kondisi rutin yang harus dihadapi kembali,” kata Kasandra di Jakarta, Selasa, dilansir ANTARA.
Selama mengalami proses transisi tersebut, ujar psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia itu, tidak mudah bagi seseorang beradaptasi kembali terhadap kehidupan yang biasanya semisal kembali bekerja atau sekolah.
Kondisi post holiday blues bisa disebabkan oleh beberapa hal, jelas Kasandra. Dari diri individu, adanya sifat malas bergerak dan berpikir akan membuat ritme aktivitas menjadi lebih lambat. Hal itu disebabkan karena adanya rasa ingin memutar waktu kembali ke masa liburan lebih kuat dibandingkan niat memulai rutinitas kembali.
Terlebih jika ternyata selama liburan individu tersebut sempat mengalami sakit akibat terlalu banyak atau kurang makan, telat makan atau mengonsumsi obat yang diperlukan hingga kekurangan waktu istirahat karena berinteraksi dengan banyak orang.
Tekanan perubahan mood pada post holiday blues, kata Kasandra, juga berpotensi bertambah karena masalah teknis lain.
“Misalnya jika support system di rumah belum kembali seperti semula, ada langganan sayur belum kembali dari kampung, langganan ojek juga masih libur atau asisten di rumah belum kembali, atau sarana prasarana macet karena rusak, seperti mobil, motor, mesin cuci dan lain lain,” kata dia.