Liputan6.com, Jakarta – Data Guttmacher Institute menunjukkan ada sekitar 2 juta kasus aborsi di Indonesia pada tahun 2000. Data terbaru menunjukkan angka ini naik hingga 2,5 juta.
Tingginya angka aborsi sejalan dengan banyaknya jumlah bayi yang tak diinginkan. Tak sedikit pula kasus bayi dibuang oleh sang ibu karena lahir tanpa bapak atau akibat hamil di luar nikah.
Masalah ini membawa keprihatinan besar di benak Burhan Sugiarto, seorang pemandu wisata yang sejak beberapa tahun ke belakang berupaya membangun Yayasan Rumah Bayi Bali.
Yayasan yang juga disebut sebagai Bali Baby Home adalah tempat penampungan bayi yang berisiko diitelantarkan oleh orangtuanya.
Burhan berkisah, yayasan ini berdiri sejak 2019, tapi pemikiran tentang menyelamatkan bayi sudah terpatri di benaknya sejak puluhan tahun lalu.
Pada 2007, pria kelahiran 1997 ini memutuskan untuk mengabdikan diri dan penghasilannya untuk menolong anak-anak. Sementara, cita-cita mulia ini sudah terpikir sejak dia berumur 6 tahun.
“Sebenarnya cita-cita saya untuk membantu anak itu sejak umur enam tahun, saya dari kecil apa-apa dipikir,” kata Burhan Sugiarto kepada Health Liputan6.com saat ditemui di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (24/4/2024).
Ide menolong anak timbul ketika dirinya mulai masuk sekolah dasar (SD). Kala itu, dia melihat temannya masuk sekolah tapi tidak mengenakan seragam dan tas baru seperti miliknya.
Bahkan, teman kecilnya itu tak mengenakan alas kaki ketika sekolah.
Pria penggemar filsafat itu mulai berpikir, mengapa kehidupan ini tak adil, mengapa di antara orang yang berkecukupan ada orang yang terlahir di keluarga miskin.