Liputan6.com, Jakarta – Beberapa negara di Asia, seperti Thailand dan Filipina, tengah merasakan gelombang panas akibat perubahan iklim.
Menurut pakar keamanan kesehatan lingkungan global, Dicky Budiman, perubahan iklim adalah fenomena kompleks yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Namun, penyebab utamanya adalah aktivitas manusia, terutama emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana, dan nitrogen oksida.
Aktivitas seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan industri pertanian menyumbang secara signifikan terhadap peningkatan gas rumah kaca di atmosfer.
“Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan global sangatlah signifikan. Perubahan suhu yang ekstrem, kenaikan tingkat polusi udara, perubahan pola hujan, dan kenaikan tingkat air laut semuanya dapat menyebabkan masalah kesehatan masyarakat,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui keterangan tertulis dikutip Jumat, 3 Mei 2024.
Lebih lanjut, pengajar di Centre For Environmental and Population Health Griffith University Australia, mengatakan, masalah kesehatan yang dimaksud contohnya termasuk:
– Peningkatan risiko penyakit infeksi seperti malaria dan demam berdarah
– Peningkatan kasus penyakit pernapasan akibat polusi udara
– Penyebaran penyakit vector-borne seperti demam berdarah dan chikungunya ke daerah yang sebelumnya tidak terpengaruh.
Tidak hanya itu, perubahan iklim juga meningkatkan risiko terjadinya wabah penyakit, termasuk pandemi.
Perubahan lingkungan seperti deforestasi dapat memengaruhi habitat satwa liar, meningkatkan kontak manusia dengan hewan penyimpan penyakit potensial, sementara perubahan iklim juga dapat memengaruhi pola migrasi hewan vektor penyakit seperti nyamuk dan tikus.