26.9 C
Jakarta
Sunday, November 17, 2024
HomeKesehatanKolom Pakar Prof Tjandra Yoga Aditama: Oropuche OVO, 'Bahaya Epidemiologi' dari WHO

Kolom Pakar Prof Tjandra Yoga Aditama: Oropuche OVO, ‘Bahaya Epidemiologi’ dari WHO

Pada Juli 2024, WHO kembali mengeluarkan ‘epidemiological alert’ atau kewaspadaan epidemiologis, kali ini terkait dengan virus Oropuche (OROV). Berikut adalah empat hal penting tentang penyakit ini.

Pertama, penyakit Oropuche bukanlah penyakit baru. Virus ini telah ada sejak 1955, jadi sudah hampir 70 tahun, sama dengan umur saya. Yang baru adalah laporan dari otoritas kesehatan Brazil pada 25 Juli 2024 mengenai dua kasus kematian akibat OROV, yang merupakan laporan kematian pertama di dunia.

Selain itu, untuk pertama kalinya pada bulan Juli ini, ada kecurigaan penularan OROV pada ibu hamil yang menyebabkan keguguran. WHO Amerika pada 18 Juli 2024 mengeluarkan seruan kewaspadaan mengenai kemungkinan penularan ibu-anak ini dan meminta peningkatan surveilans kejadian ini.

Kedua, sejauh ini, penyakit OROV di Amerika baru dilaporkan di lima negara: Brazil, Bolivia, Peru, Kuba, dan Kolombia. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan serangga, termasuk nyamuk Culex quinquefasciatus.

Ketiga, gejala penyakit ini meliputi demam, sakit kepala, nyeri sendi, fotofobia (takut sinar), diplopia (penglihatan ganda), mual, dan muntah.

Dalam kasus yang sangat jarang, dapat terjadi meningitis (radang selaput otak). Penting untuk kita ketahui bahwa gejalanya bisa mirip dengan Demam Dengue, yang cukup umum di negara kita. Oropuche memiliki empat jenis genotipe, mirip dengan Dengue yang memiliki 4 strain virus.

Keempat, banyak yang bertanya apakah OROV dapat menjadi wabah yang meluas. WHO Amerika menyatakan bahwa kejadian OROV ini sedang dalam pengamatan epidemiologis dan menganjurkan negara-negara untuk meningkatkan surveilans (termasuk surveilans entomologi) dan menjalankan upaya pengendalian vektor dengan baik.

Penulis
Prof. Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara

Source link

BERITA TERBARU
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER