Liputan6.com, Jakarta – Virus Oropouche kini menjadi sorotan dunia kesehatan, terutama setelah dilaporkan kematian pertama akibat virus ini di Brasil. Dua wanita muda di negara bagian Bahia meninggal dunia dengan setelah terpapar virus yang gejalanya mirip demam berdarah dengue (DBD). Kematian ini menunjukkan potensi serius dari virus yang sebelumnya dianggap kurang dikenal ini.
Virus Oropouche adalah arbovirus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, terutama dari genus Culex quinquefasciatus. Menurut mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, virus ini pertama kali diidentifikasi di Trinidad pada tahun 1955 dan sejak itu telah menyebar ke berbagai negara di Amerika, seperti Brasil, Bolivia, Peru, Kuba, dan Kolombia.
Gejala Virus Oropouche
Menurut CDC, gejala infeksi virus Oropouche bisa mirip dengan DBD, virus Zika, atau Malaria, sehingga sering kali sulit untuk membedakan tanpa tes laboratorium. Masa inkubasi virus Oropouche adalah tiga hingga 10 hari, dimulai dengan demam mendadak hingga 40 derajat Celsius disertai sakit kepala, menggigil, mialgia, dan arthralgia.
Prof Tjandra Yoga juga menyatakan bahwa gejala virus Oropouche meliputi demam, sakit kepala, nyeri sendi, fotofobia (takut cahaya), diplopia (penglihatan ganda), dan mual. Pada kasus yang sangat jarang, dapat terjadi meningitis (radang selaput otak).
“Gejala-gejala ini bisa mirip dengan Demam Dengue, yang sering kita temui di Indonesia,” katanya kepada Health Liputan6.com.
Apa Bedanya Virus Oropouche dengan DBD?
Dijelaskan Prof Tjandra bahwa Oropouche disebabkan oleh virus yang berbeda dengan virus dengue, dan lokasi epidemiologinya juga berbeda. Penularannya pun berbeda. Jika dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk, maka Oropouche ditularkan melalui gigitan lalat kecil (midge) atau nyamuk.
“Virus ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan lalat kecil (midge) atau nyamuk,” kata Tjandra Yoga.
Meskipun demikian, dalam keadaan tertentu, gejalanya bisa mirip. Seperti yang disampaikan WHO pada Juni 2014, “Gejala penyakit ini mirip dengan dengue dan mulai antara empat hingga delapan hari (rentang antara tiga-12 hari) setelah gigitan infeksi.”