Beberapa waktu lalu sempat ramai soal Air Susu Ibu (ASI) yang diolah sedemikian rupa hingga menjadi kering dan bubuk.
Dalam sebuah yang dibagikan di media sosial, ibu itu melakukan metode freeze-drying atau pengeringan beku ASI. Hasilnya, ASI menjadi bentuk bubuk.
Menurut Kementerian Kesehatan serangkaian proses perubahan bentuk ASI itu membuat membuat komponen penting dalam ASI juga mengalami perubahan.
“ASI ini dikeringkan melalui proses pembekuan dan pengeringan. Serangkaian perubahan fisik tersebut, tentunya akan meningkatkan risiko perubahan komponen utama ASI, seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan misel kasein, penurunan komposisi faktor bioaktif protein,” kata Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan RI dr. Lovely Daisy.
Berbicara soal cara memberikan ASI yang terbaik, Daisy mengatakan adalah dengan menyusui bayi secara langsung atau direct breastfeeding. DBF begitu ibu-ibu biasa menyingkatnya.
“Ibu diharapkan menyusui bayi secara langsung karena dapat membangun ikatan batin antara ibu dan bayi,” kata Daisy dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.
Bukan tanpa sebab Daisy menyarankan untuk memberikan ASI sebagai makanan terbaik untuk bayi di enam bulan pertama kehidupannya.
Menyusui memberikan manfaat besar bagi ibu dan bayi, antara lain meningkatkan daya tahan tubuh bayi, melindungi pencernaan bayi, dan meningkatkan kecerdasan.
“Kemudian, menurunkan risiko penyakit degeneratif pada bayi. Pada ibu, menyusui dapat menurunkan risiko kanker ovarium dan payudara. Sehingga menyusui bukan sekadar memberikan ASI pada bayi,” kata Daisy lagi.