Liputan6.com, Jakarta – Gangguan kepribadian narsistik sering kali disalahartikan sebagai sekadar kepercayaan diri yang berlebihan atau ego yang besar. Namun, kondisi ini jauh lebih kompleks dan mendalam, memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku.
Orang dengan gangguan ini memiliki kebutuhan yang mendalam untuk dikagumi dan kekurangan empati terhadap orang lain, yang dapat menyebabkan masalah dalam hubungan pribadi dan profesional mereka.
Dilansir dari Mayoclinic.org, Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau Gangguan Kepribadian Narsistik, adalah kondisi mental di mana seseorang memiliki rasa kepentingan diri yang berlebihan dan membutuhkan perhatian serta kekaguman yang luar biasa dari orang lain.
Individu dengan narsisme sering kali tidak mampu memahami atau peduli terhadap perasaan orang lain. Di balik kepercayaan diri yang ekstrem, mereka sebenarnya rapuh dan mudah terluka oleh kritik sekecil apa pun. Kondisi ini berakibat pada berbagai masalah dalam hidup, seperti hubungan yang rumit, kesulitan dalam pekerjaan atau sekolah, dan bahkan masalah keuangan. Kekecewaan dan rasa tidak bahagia kerap muncul ketika mereka tidak mendapatkan perlakuan istimewa atau kekaguman yang dirasa pantas. Interaksi sosial pun menjadi hambar karena orang lain mungkin tidak nyaman berada di sekitar mereka. Pengobatan untuk narsisme umumnya berfokus pada terapi bicara atau psikoterapi. Gangguan ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita, dan biasanya dimulai pada masa remaja atau dewasa muda. Meskipun beberapa anak menunjukkan ciri-ciri narsistik, hal ini umumnya wajar untuk usia mereka dan tidak selalu menunjukkan tanda-tanda gangguan kepribadian narsistik di masa depan.