Masa kanak-kanak merupakan periode penting bagi perkembangan otak dan mental anak. Di masa ini, anak belajar dan menyerap berbagai informasi dan pengalaman yang akan membentuk kepribadian dan cara mereka memandang dunia.
Salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi perkembangan anak adalah pola asuh orang tua. Orang tua yang penuh kasih sayang dan suportif dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang sehat dan bahagia. Namun, di sisi lain, orang tua yang sering marah dan menunjukkan perilaku agresif dapat memberikan dampak negatif yang signifikan pada perkembangan otak dan mental anak.
Menurut Thesectore.com, sebuah penelitian terbaru dari Universitas Montreal mengungkapkan dampak jangka panjang dari kemarahan orang tua terhadap perkembangan otak anak. Penelitian ini menemukan bahwa anak-anak yang sering dimarahi, dipukul, atau diteriaki oleh orang tua mereka memiliki struktur otak yang lebih kecil pada masa remaja. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Development and Psychology ini menyoroti praktik “pola pengasuhan keras” yang sayangnya masih dianggap lumrah dan bahkan dapat diterima secara sosial di banyak masyarakat, termasuk Indonesia.
“Lebih dari sekadar perubahan struktur otak, temuan ini menunjukkan pentingnya bagi orang tua dan masyarakat untuk memahami bahwa penggunaan praktik pengasuhan keras secara berulang dapat berakibat fatal bagi perkembangan anak,” tegas Dr. Sabrina Suffren, penulis utama studi ini. “Dampaknya luas, meliputi perkembangan sosial dan emosional, serta perkembangan otak mereka.”