25.6 C
Jakarta
Thursday, September 19, 2024
HomeBeritaInflasi AS Akan Mempengaruhi Pasar dan Menyebabkan Rupiah Melemah

Inflasi AS Akan Mempengaruhi Pasar dan Menyebabkan Rupiah Melemah

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (12/6/2024) diperkirakan akan terus melemah di tengah pasar yang sedang menantikan rilis data inflasi inti Amerika Serikat (AS) pada bulan Mei 2024. Pada awal perdagangan pagi, rupiah tercatat merosot 12 poin atau 0,07 persen menjadi Rp16.303 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.291 per dolar AS.

“Pelemahan rupiah masih terjadi seiring dengan meningkatnya ketegangan dari luar negeri,” kata analis pasar uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri di Jakarta.

Saat ini, para investor sedang menunggu data inflasi inti AS untuk bulan Mei 2024 yang diprediksi akan turun menjadi 3,5 persen year on year (yoy) dari 3,6 persen yoy pada bulan April 2024. Selain itu, pelaku pasar juga akan menantikan hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Juni 2024 untuk mengetahui arah kebijakan bank sentral AS atau The Fed selanjutnya.

Pada pertemuan FOMC bulan Juni 2024, diperkirakan bank sentral AS akan tetap mempertahankan Fed Funds Rate (FFR) dalam kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen. Berdasarkan perkiraan pasar, penurunan suku bunga bank sentral AS, FFR, pertama kali pada tahun 2024 akan terjadi pada bulan November dengan probabilitas penurunan sebesar 46,1 persen dan penurunan kedua pada bulan Desember dengan probabilitas sebesar 40,9 persen.

Penundaan penurunan FFR terjadi karena tingginya tingkat inflasi AS yang sulit turun mendekati target bank sentral AS sebesar 2 persen. Pada bulan Mei 2024, tingkat pengangguran di AS naik menjadi 4 persen dari 3,9 persen dan jumlah non-farm payrolls pada bulan Mei 2024 melampaui ekspektasi, mencapai 272 ribu pada bulan Mei 2024 dari 165 ribu pekerjaan pada bulan April 2024.

Data terbaru AS terkait ketenagakerjaan menggeser ekspektasi pemangkasan suku bunga dari The Fed. Di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, para investor masih menantikan hasil FOMC bulan Juni 2024 dan rilis terbaru Fed Guidance.

Reny menyatakan bahwa aliran dana asing terus keluar dari pasar Indonesia dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan terus berlanjut. Dari dalam negeri, musim pembayaran dividen terus mendorong permintaan terhadap dolar AS.

Secara jangka pendek, ia memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.100 per dolar AS hingga Rp 16.300 per dolar AS. Sementara untuk perdagangan hari ini, ia memproyeksikan rupiah akan bergerak antara Rp 16.260 per dolar AS hingga Rp 16.315 per dolar AS.

Sumber: Antara

BERITA TERBARU
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER