Pada Kongres XIX, Hamka Membahas Islam dan Adat di Minangkabau
Kisah ini dimulai saat Kongres XIX diadakan di tepi Ngarai Sianok pada 14-21 Maret 1930. Kongres yang berlangsung di Fort de Kock (sekarang: Bukittinggi) banyak diprediksi akan gagal. Mengapa demikian? Karena acara besar Hoofdbestuur Muhammadiyah itu berlangsung pada awal depresi ekonomi yang melanda Hindia Belanda.
Pimpinan acara, Comitte van Ontvangst, dipimpin oleh Guru Tablighschool. Namun, meskipun upaya yang dilakukan, Kongres XIX tidak memberikan hasil yang diharapkan.
Artikel ini disusun oleh FIKRUL HANIF SUFYAN, seorang penulis dan peneliti sejarah untuk Sang Direktur Tablighschool.