30.7 C
Jakarta
Wednesday, November 6, 2024
HomeBeritaPendalaman Mengenai Milisi Houthi Yaman yang Terlibat dalam Konflik Israel-Palestina

Pendalaman Mengenai Milisi Houthi Yaman yang Terlibat dalam Konflik Israel-Palestina

Milisi Houthi di Yaman mengonfirmasi bahwa pasukan mereka telah meluncurkan serangan menggunakan drone dan rudal ke Israel pada tanggal 31 Oktober 2023. Serangan ini merupakan bentuk dukungan dari kelompok di Yaman bagi Palestina dalam perang yang semakin ganas antara Israel dan Palestina. Dilaporkan bahwa serangan dari Houthi akan terus berlanjut.

Juru bicara Houthi, Saare, menyatakan bahwa mereka akan terus melakukan serangan menggunakan rudal dan drone sampai agresi militer Israel terhadap Palestina dihentikan. “Posisi masyarakat Yaman terhadap masalah Palestina cukup tegas dan berprinsip. Warga Palestina memiliki hak penuh untuk mempertahankan diri demi mencapai hak-hak mereka yang sah,” kata Saare pada 31 Oktober 2023.

Milisi Houthi adalah pasukan paramiliter yang berasal dari Yaman dan juga dikenal dengan nama Ansar Allah. Milisi ini berasal dari suku Houthi yang berada di wilayah miskin dan berpegunungan di utara Yaman, Saada. Meskipun Houthi memiliki latar belakang agama minoritas Zaidi dalam Islam Syiah, mereka telah berkembang dari kelompok agama menjadi milisi dan kekuatan politik.

Pembentukan Houthi dimulai pada tahun 1990 setelah penggabungan Yaman Utara dan Selatan. Pada saat itu, Yaman dipimpin oleh Ali Abdullah Saleh sebagai pemimpin Republik Yaman yang didukung oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi. Hal ini meningkatkan pengaruh dari aliran Sunni Salafi dan Wahhabi yang terkait dengan Arab Saudi di Yaman utara yang terutama dihuni oleh umat Islam Zaidi. Dalam konteks tersebut, Houthi muncul sebagai pemimpin yang memperjuangkan pemulihan Zaidisme dan memiliki sikap permusuhan terhadap Arab Saudi, Amerika Serikat, dan pemerintahan Republik Yaman.

Milisi Houthi dan pemerintah Republik Yaman telah terlibat dalam konflik yang berkepanjangan selama lebih dari dua dekade. Houthi awalnya mengidentifikasikan diri mereka sebagai kekuatan perlawanan terhadap serangan militer Yaman dan sebagai kekuatan oposisi terhadap rezim Saleh. Konflik tersebut mengalami eskalasi setelah kematian Hussein al-Houthi pada tahun 2004 dan berimbas pada terjadinya lima perang antara Houthi dan pasukan Republik Yaman antara tahun 2004 hingga 2010.

Pada tahun 2011, protes massal terhadap Ali Abdullah Saleh dihadapi dengan kekerasan polisi. Saleh meninggalkan negara dan setuju dengan rencana transisi yang dipimpin oleh Dewan Kerja Sama Teluk yang kemudian Abdrabu Mansur Hadi terpilih sebagai presiden. Namun, pasukan milisi Houthi tetap melawan presiden baru tersebut dan menawarkan usulan pemerintahan yang baru di mana Houthi ikut serta dalam pemerintahan, namun usulan tersebut ditolak oleh Hadi.

BERITA TERBARU
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER