30.4 C
Jakarta
Friday, October 18, 2024
HomeBeritaBMKG menyatakan bahwa teori Periode La Nina dan El Nino tidak berlaku...

BMKG menyatakan bahwa teori Periode La Nina dan El Nino tidak berlaku lagi

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa teori periode La Nina dan El Nino menjadi kurang relevan karena adanya perubahan iklim. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG A. Fachri Radjab dalam sebuah diskusi bertajuk “Peran Agro-input dalam Rantai Produksi Pangan Nasional” yang diadakan oleh Nagara Institute dan disiarkan di Akbar Faizal Uncensored pada Rabu (6/12/2023).

Fachri menjelaskan bahwa teori yang selama ini dipelajari tentang periode pengulangan selama 5-6 tahun antara La Nina dan El Nino ternyata telah tidak relevan selama lima tahun terakhir. Diskusi tersebut juga dihadiri oleh sejumlah pembicara, di antaranya Direktur Pangan BRIN, Peneliti BRIN, Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan BPN, Plt. Kepala BPS, Direktur Tanaman Pangan, Direktur KADIN, Dirit PT Pupuk Kaltim, Sekretaris Koperasi HKTI, Ketum MAPORINA, Sekjen APPI, dan Pengamat Pertanian.

Radjab memberikan contoh bahwa antara 2020 hingga 2022 Indonesia mengalami La Nina berturut-turut, lalu mengatakan bahwa perubahan iklim adalah isu global yang sangat disorot. Kesalahan memitigasi perubahan iklim merupakan risiko global nomor satu dan nomor dua yang mempengaruhi ekonomi global dalam jangka panjang. Perubahan iklim diamati melalui beberapa parameter, dan Radjab menyoroti peningkatan emisi gas dan perubahan suhu global yang terjadi sejak tahun 1960 hingga awal 2000.

Dalam konteks agraria, Radjab menjelaskan bahwa perubahan iklim mempengaruhi sisi basah dan sisi kering, yang menyebabkan ancaman longsor, banjir, kekeringan, dan suhu tinggi. Dia juga memaparkan bahwa wilayah di Indonesia, seperti NTB dan NTT, mengalami fenomena hujan yang berkepanjangan. Terkait data pertanian 2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat pertambahan usia petani yang cenderung naik, kenaikan petani generasi Milenial, dan peningkatan petani gurem.

Selain itu, BPS juga mencatat ada 9 komoditas target subsidi pupuk yang banyak diusahakan oleh usaha pertanian, namun data ini tidak termasuk buruh tani.}”>
Ia menyebut ada beberapa daerah yang banyak petani guremnya, dan yang terbesar petani guremnya ada di Papua Pegunungan. Terkait penggunaan lahan, BPS mencatat peningkatan penggunaan lahan kecil, dan juga peningkatan penggunaan konsep small skill production.

Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa teori periode La Nina dan El Nino tidak lagi relevan karena terjadi perubahan iklim yang signifikan. Beberapa parameter iklim seperti emisi gas dan suhu global juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Selain itu, terdapat perubahan dalam pola pertanian dan penggunaan lahan.

BERITA TERBARU
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER