Psikolog Rose Mini Agoes Salim menekankan pentingnya pendekatan yang tidak selalu menggunakan hukuman saat anak membuat kesalahan. Menurutnya, lebih baik mengajak anak untuk berbicara agar orangtua bisa memberikan nasihat agar si kecil tidak mengulangi kesalahan yang sama.
“Hukuman sebaiknya dijadikan langkah terakhir. Lebih baik jika masih bisa diajak bicara dan memberikan pemahaman kepada anak mengenai pelanggaran yang dilakukannya, daripada memberikan hukuman yang membuat anak takut pada orang tua,” ujar Romi, seperti dikutip dari Antara.
Romi menekankan pentingnya anak memahami konsekuensi dari perbuatannya serta manfaat dari mematuhi aturan. Untuk mengubah perilaku anak, perlu dilihat dari berbagai sisi seperti kognitif, afektif, dan psikomotor yang disebut sebagai shaping atau membentuk perilaku.
Menurut Romi, cara membentuk perilaku anak bisa dilakukan dengan memberikan pemahaman terlebih dahulu secara kognitif dan afektif, baru kemudian psikomotor agar anak memahami bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk kebaikannya. Dengan demikian, diharapkan anak akan lebih memahami dan tidak akan mengulangi perilaku yang salah.
Efek dari sering memberikan hukuman kepada anak juga disorot oleh Romi. Menurutnya, anak yang sering mendapat hukuman dapat mengalami dampak negatif seperti menjadi pemberontak atau kasar karena perlakuan orang tua. Selain itu, anak juga dapat merasa tertekan, kehilangan kepercayaan diri, dan memiliki self esteem yang rendah karena sering dipermalukan.