Pada Minggu, 22 Desember 2024, sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) yang bernama Thamrin Amal Tomagola memberikan kritik terhadap tindakan Galeri Nasional Indonesia yang membatalkan pameran tunggal Yos Suprapto berjudul “Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan” yang seharusnya dibuka pada Kamis, 19 Desember 2024. Menurut Thamrin, lukisan yang menyerupai Presiden Joko Widodo tidak melanggar etika dan masih relevan dengan isu pangan. Dalam diskusi bertajuk ‘Seni Sebagai Medium Kritik Kekuasaan’, Thamrin menyatakan bahwa lukisan Yos Suprapto mengkritik praktik kekuasaan terutama terkait isu kedaulatan pangan yang saat ini mengalami kelemahan karena lemahnya komitmen dari pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan. Thamrin juga menyoroti bahwa masalah kedaulatan pangan berurusan dengan kekuasaan negara tidak akan mungkin ditegakkan karena masalah internal negara itu sendiri.
Thamrin juga mengkritisi penilaian kurator terhadap lukisan-lukisan tersebut, menyatakan bahwa ada dua lukisan yang sebenarnya lebih pantas disebut sebagai makian. Dia juga mengungkapkan bahwa kadang-kadang dosa-dosa orang digunakan sebagai alat untuk menekan, yang menurutnya merupakan cara yang sadis secara politik. Diskusi ini juga dihadiri oleh narasumber lainnya seperti anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana, Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid, dan Kritikus Seni Bambang Budjono. Thamrin berpendapat bahwa penyimpangan etika negara dalam tindakan presiden dapat berdampak buruk terhadap berbagai kalangan, menyebabkan pejabat terjebak dalam dosa-dosanya. Konflik antara kekuasaan dan kritisisme akan terus menjadi bahan perdebatan dalam konteks seni sebagai bentuk ekspresi kritik terhadap kekuasaan.