Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pasien stroke yang memiliki gelar perguruan tinggi cenderung lebih baik dalam tes awal pasca-stroke. Mereka mampu mempertahankan daya ingat, perhatian, dan kecepatan berpikir dengan lebih baik. Meskipun demikian, penurunan fungsi eksekutif seperti daya ingat dan kemampuan dalam pemecahan masalah terjadi lebih cepat pada mereka yang hanya memiliki pendidikan menengah.
Peneliti utama, Springer, menjelaskan bahwa atrofi otak terjadi seiring waktu tanpa memandang tingkat pendidikan. Meskipun pendidikan tinggi dapat membantu seseorang mempertahankan fungsi kognitif lebih lama, namun ketika stroke terjadi dan merusak otak, mekanisme kompensasi ini dapat gagal sehingga menyebabkan penurunan kognitif yang lebih cepat. Temuan ini penting untuk memahami dampak pendidikan terhadap kesehatan otak pasca-stroke serta bagaimana mekanisme kompensasi beroperasi dalam otak.