Minyak jelantah dapat menjadi sumber energi terbarukan yang potensial di Indonesia. Menurut Ketua Asosiasi Pengumpul Jelantah untuk Energi Baru Terbarukan Indonesia (APJETI), Matias Tumanggor, jelantah Indonesia memiliki kualitas terbaik nomor 1 di dunia. Hal ini diakui oleh mitra di luar negeri dan dibuktikan dengan sertifikasi halal yang dimiliki oleh hotel, restoran, dan kafe di Indonesia.
Meskipun begitu, penggunaan jelantah sebagai bahan bakar terbarukan masih belum dimanfaatkan secara luas di Indonesia. Saat ini, jelantah baru digunakan untuk bahan-bahan lokal seperti lilin. APJETI telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi minyak goreng. Sejak tahun 2010, mereka telah mengumpulkan minyak goreng bekas untuk diolah kembali.
Matias menekankan pentingnya adanya regulasi yang jelas dalam penanganan minyak goreng bekas atau jelantah. Regulasi ini dianggap penting untuk menjaga kesehatan lingkungan dan memastikan penggunaan energi yang berkelanjutan. Diskusi mengenai regulasi ini dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PRSPBPDH).
Di sisi lain, inovasi dari dua pelajar MTs NU Trate Gresik, Saviola Dinda Rizky dan Citra Nur Ma’rifah, juga patut diapresiasi. Mereka berhasil menciptakan cara untuk memanfaatkan ampas kopi sebagai penjernih minyak bekas, menunjukkan potensi kreativitas dalam mengatasi masalah lingkungan.
