Paparan konten dan berita negatif memiliki dampak yang cukup signifikan, tidak hanya secara sosial tetapi juga secara psikologis. Menurut Pamela, terus-menerus terpapar dengan berita buruk bisa menyebabkan ketegangan psikologis yang kronis dan kolektif. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang merasa tidak berdaya dan mengalami learned helplessness, di mana individu merasa tidak mampu mengubah situasi meskipun sebenarnya ada peluang. Hal ini dapat menimbulkan apatisme, frustasi, dan depresi secara kolektif. Maka dari itu, literasi digital menjadi sangat penting, agar seseorang mampu mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara kritis dan etis.
Media sosial memainkan peran besar dalam membentuk persepsi publik, namun terkadang informasi yang beredar tidak selalu akurat. Paparan terus-menerus terhadap berita buruk dapat meningkatkan tingkat kecemasan seseorang. Individu yang lebih rentan terhadap dampak negatif tersebut antara lain orang tua, lansia, remaja dan anak muda yang terlalu banyak menggunakan media sosial, serta individu dengan tingkat literasi digital yang rendah dan akses informasi kredibel terbatas.
Regulasi emosi juga merupakan hal yang penting dalam menghadapi dampak negatif dari berita buruk terhadap kesehatan mental seseorang. Penting bagi individu, institusi pendidikan, dan komunitas sosial untuk memberikan edukasi secara aktif mengenai literasi digital dan keterampilan pengelolaan emosi, guna membentuk masyarakat yang resilien dan siap menghadapi tekanan informasi di era digital yang serba cepat.