Auckland City merupakan tim amatir yang memiliki impian besar untuk bersaing di Piala Dunia Antarklub 2025. Menurut laporan dari The Athletic, biaya penerbangan tim ini ke AS untuk mewujudkan impian tersebut sekitar dua kali lipat dari pendapatan tahunan klub. Di sisi lain, Bayern Munich, skuad yang bernilai lebih dari 1 miliar dolar AS, dengan mudah mengungguli Auckland City dalam pertandingan. Meskipun kalah telak, kapten Auckland, Mario Ilich, menjelaskan bahwa kecintaan mereka terhadap sepak bola menjadi dorongan utama di balik kesuksesan klub.
Ilich, yang bekerja sebagai tenaga penjual untuk Coca-Cola, menceritakan rutinitas sehari-hari anggota tim yang harus mengatur waktu di antara pekerjaan dan latihan. Mereka tidak memiliki akses ke fasilitas latihan mewah seperti tim elite Eropa, sehingga latihan dilakukan di pusat kebugaran dan pemulihan di luar klub.
Tim Auckland City berlatih empat kali seminggu pada malam hari, sementara pertandingan biasanya diadakan pada akhir pekan. Ilich menuturkan kesulitan menjadwalkan waktu antara latihan dan kehidupan pribadi, namun dia bersyukur atas dukungan pasangannya yang memahami keterbatasan yang dimiliki sebagai pemain sepak bola. Meskipun harus berjuang keras, Auckland City tetap bersemangat untuk mengejar impian mereka dan bersaing di level tertinggi sepak bola dunia.
