Pada tanggal 14 Juli 2025, setelah proses negosiasi yang berlangsung selama satu dekade, Indonesia dan Uni Eropa secara resmi mencapai kesepakatan politik untuk menyelesaikan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA). Kesepakatan ini membuka jalan bagi akses pasar yang lebih luas bagi produk Indonesia di seluruh Eropa.
Dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Brussels pada hari Minggu (13 Juli), Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyambut terobosan ini sebagai pencapaian yang krusial dan strategis di tengah ketidakpastian global.
“Pada hari ini, saya dengan senang hati mengumumkan bahwa kami telah mencapai terobosan yang signifikan. Setelah sepuluh tahun negosiasi, kami telah menyelesaikan kesepakatan menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif, yang pada dasarnya adalah perjanjian perdagangan bebas,” ungkap Prabowo.
Beliau menekankan bahwa kedua belah pihak telah berhasil menyelaraskan kepentingan ekonomi yang sebelumnya berbeda dan menemukan bahwa kerjasama terbukti saling menguntungkan.
“Kami telah membuat kemajuan yang signifikan dan setuju untuk mengakomodir prioritas ekonomi masing-masing. Kami menemukan bahwa kepentingan kami saling melengkapi dan saling menguntungkan.”
Presiden von der Leyen mengungkapkan penghargaannya atas kepemimpinan Prabowo dalam menyelesaikan negosiasi tersebut. Beliau menggambarkan CEPA sebagai perjanjian perdagangan bebas yang ambisius dan tepat waktu, mencatat potensi ekonomi yang luas dari kedua mitra.
“Saya dengan senang hati mengumumkan bahwa kami baru saja mencapai kesepakatan politik tentang perjanjian perdagangan bebas yang ambisius – CEPA. Setelah 10 tahun negosiasi, kami telah mencapai terobosan besar. Nyonya Presiden, saya mengucapkan terima kasih atas kepemimpinan Anda,” ungkap von der Leyen.
Beliau juga menekankan peran strategis Indonesia dalam rantai pasokan global, terutama dalam mendukung transisi energi bersih dan digital di UE.
“Indonesia adalah salah satu pemasok kunci barang penting untuk transisi hijau dan digital, dan memiliki pasar yang berkembang pesat dengan lebih dari 287 juta jiwa.”
CEPA akan memberikan akses pasar yang lebih luas bagi produk Indonesia di sektor-sektor seperti pertanian, otomotif, jasa, dan bahan baku kritis. Von der Leyen menekankan bahwa UE tidak hanya mencari rantai pasokan yang aman tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
“Perjanjian ini akan membuka pasar baru, menciptakan lebih banyak peluang di sektor-sektor utama seperti pertanian, otomotif, jasa, dan lainnya. Ini akan memperkuat rantai pasokan untuk bahan baku kritis yang dibutuhkan dalam transisi energi dan digital.”
“Yang lebih penting, kami tidak hanya mencari sumber daya yang aman tetapi yang bertanggung jawab – yang berarti menghormati lingkungan, komunitas lokal, dan fokus yang kuat pada penciptaan lapangan kerja yang layak dan penambahan nilai lokal.”
Dengan pasar gabungan sebanyak 730 juta jiwa antara Indonesia dan UE, implementasi CEPA dianggap sebagai potensi game changer dalam hubungan perdagangan kedua wilayah tersebut.
“Indonesia adalah salah satu ekonomi terbesar di dunia, dengan PDB €1,2 triliun. Bersama-sama, kami mewakili pasar sebanyak 730 juta jiwa,” kata von der Leyen.
Prabowo menyimpulkan dengan harapan bahwa penandatanganan implementasi CEPA bisa terjadi sekali lagi di Brussels, sebagai simbol komitmen jangka panjang antara kedua mitra.
“Saya sungguh berharap bahwa ketika kami mulai mengimplementasikan perjanjian ini, kami dapat menandatanganinya di sini di Brussels lagi. Itu akan memberi saya kesempatan untuk mengunjungi Brussels sekali lagi!” ucap Prabowo dengan senyum.