Indonesia tertarik untuk terus memperkuat kekuatan udaranya sebagai bagian dari upaya untuk menjaga kedaulatan wilayah dan menunjukkan kehadiran yang kuat di kawasan Asia Tenggara. Melalui modernisasi armada pesawat tempur, TNI Angkatan Udara (TNI AU) telah mengoperasikan berbagai jenis pesawat tempur canggih dari berbagai negara produsen terkemuka seperti Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Inggris, dan Korea Selatan. Kementerian Pertahanan Indonesia, di bawah kepemimpinan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, terus mengejar konsep Minimum Essential Force (MEF) sejak awal 2010-an untuk mencapai kekuatan udara yang disegani di tingkat global.
Pesawat tempur yang dimiliki Indonesia termasuk jet-jet terkemuka seperti F-16 Fighting Falcon, Sukhoi Su-27SK dan Su-30MK2, BAE Hawk 109/209, Embraer EMB-314 Super Tucano, T-50i Golden Eagle, Dassault Rafale, F-15EX Eagle II, KF-21 Boramae, dan Dassault Mirage 2000-5. Dari daftar ini, pesawat seperti F-16 Fighting Falcon, Sukhoi Su-27SK dan Su-30MK2, serta Dassault Rafale, menunjukkan kekuatan udara yang tidak bisa diabaikan oleh negara-negara tetangga.
Selain mengoperasikan pesawat tempur baru, TNI AU juga terus melakukan modernisasi sistem radar, pelatihan pilot menggunakan simulator canggih, dan pembaruan sistem komando dan kendali. Dengan kombinasi pesawat lama yang masih tangguh dan pesawat tempur baru berteknologi tinggi, Indonesia siap memasuki era baru dalam menjaga kedaulatan langit Nusantara. Dengan peringkat ke-13 dunia dalam kekuatan militer secara keseluruhan, TNI AU menjadi salah satu penopang utama kekuatan militer Indonesia, terutama dalam bidang kekuatan udara di kawasan Indo-Pasifik.
