Rokok elektronik, yang sering disebut sebagai vape, adalah perangkat bertenaga baterai yang memanaskan cairan menjadi aerosol yang dihirup oleh pengguna. Penggunaan rokok elektronik meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan pemuda dan wanita. Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Eropa memiliki tingkat penggunaan rokok elektronik yang tinggi, sementara Tiongkok menjadi negara dengan pengguna rokok elektronik tertinggi di dunia. Penggunaan vape juga semakin umum ditemui di Indonesia.
Rokok elektronik bekerja dengan prinsip yang mirip dengan rokok konvensional, namun dengan komponen yang berbeda. Baik rokok elektronik maupun rokok biasa menghasilkan asap ketika dipanaskan, yang kemudian dihisap oleh perokok. Perbedaannya terletak pada cara asap dihasilkan: rokok elektronik menggunakan pemanasan e-liquid dengan baterai, sedangkan rokok biasa menghasilkan asap dari pembakaran tembakau dengan api.
Salah satu kelebihan rokok elektronik adalah tidak menghasilkan tar seperti rokok konvensional karena prosesnya tidak melibatkan tembakau. Namun, penelitian menunjukkan bahwa rokok elektronik juga dapat menimbulkan masalah kesehatan serupa dengan rokok biasa. Selama proses pemanasan e-liquid, terjadi reaksi kimia yang dapat menghasilkan senyawa berbahaya seperti formaldehida yang berpotensi meningkatkan risiko kanker pada pengguna yang terpapar secara berulang. Hal ini perlu menjadi perhatian dalam penggunaan rokok elektronik secara lebih bijaksana.
