Mahasiswa dari keluarga ekonomi rentan sering merasa menjadi penopang masa depan keluarga, yang dapat menimbulkan beban psikologis yang berat. Dorongan orangtua untuk sukses sering dianggap wajar, namun jika berubah menjadi tekanan tanpa henti, dapat menjelma menjadi beban psikologis yang tidak diinginkan. Studi menunjukkan bahwa tekanan akademik yang kaku dapat membuat mahasiswa merasa terjebak dan kehilangan arah, terlepas dari status finansial keluarga. Selain itu, kondisi finansial yang menekan dan ekspektasi akademik tinggi juga dapat memperburuk kesehatan mental mahasiswa secara keseluruhan. Kasus kesehatan mental mahasiswa meningkat hampir tiga kali lipat sejak 2016, menggarisbawahi pentingnya dukungan emosional dalam mengatasi tekanan tersebut. Mahasiswa dari keluarga kurang mampu merasa harus berjuang lebih keras berperan sebagai harapan utama masa depan keluarga, yang berpotensi memicu rasa bersalah berlebihan dan depresi. Bagi mahasiswa dari keluarga mapan, standar akademik yang tinggi yang dipaksakan dapat mengakibatkan perasaan kehilangan kebebasan dalam memilih jalan hidupnya, dan tekanan semacam ini jika tidak diimbangi dengan dukungan emosional bisa berujung pada kelelahan mental yang serius. Temuan ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara harapan orangtua, tekanan akademik, dan dukungan emosional dalam mendorong kesehatan mental mahasiswa.