Pertemuan kedua antara Norwegia dan Israel digelar di tengah ketegangan Eropa terhadap respons Israel atas serangan 7 Oktober. Kementerian kesehatan Gaza melaporkan korban tewas sekitar 67.000 orang dengan wilayah yang diluluhlantakkan. Komisi penyelidikan PBB menuduh Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina, meskipun klaim ini dibantah oleh Israel.
Politik dan sepak bola menjadi perdebatan hangat. Sejumlah atlet, termasuk mantan winger Chelsea Hakim Ziyech, menandatangani surat yang menyerukan UEFA untuk menghentikan partisipasi Israel di kompetisi mereka. Namun, rencana pemungutan suara negara Eropa terkait Israel tidak terjadi, bahkan mendapat penolakan tegas dari pemerintah AS. Norwegia memilih bertindak sendiri dengan mendonasikan seluruh hasil penjualan tiket pertandingan untuk membantu warga Palestina di Gaza.
Keamanan menjadi prioritas dalam pertandingan tersebut. Kapasitas stadion dikurangi menjadi 25.000 penonton, dengan persyaratan bendera dan spanduk harus disetujui sebelumnya. Meski bendera Palestina kecil tidak dilarang, penggemar diharapkan tetap menghormati aturan dan mendukung Norwegia. Meskipun Israel diprediksi akan menghadapi sambutan sulit, pelatih mereka, Ran Ben Shimon, menyatakan timnya tetap fokus dan tidak terganggu oleh lingkungan sekitar. Seluruhnya, ini merupakan pertandingan sepak bola dan bukan demonstrasi politik.
