Israel mengindikasikan akan menolak resolusi gencatan senjata yang disepakati Dewan Keamanan PBB pada Senin (10/6/2024) di New York. Mereka menyatakan keinginan untuk tetap menghabisi Hamas dari Jalur Gaza. Perwakilan PBB, Reut Shapir Ben Naftaly, mengatakan bahwa Israel akan terus melakukan operasi di Gaza untuk membebaskan tawanan yang ditahan di sana, menghancurkan kemampuan pemerintahan dan militer Hamas, serta memastikan Gaza tidak akan menjadi ancaman bagi Israel di masa depan.
Penolakan Israel atas gencatan senjata ini juga berlawanan dengan kehendak warga mereka. Keluarga sandera terus mendesak pemerintah Benjamin Netanyahu untuk menyetujui gencatan senjata guna membebaskan sandera yang masih ditahan.
Selain itu, di lapangan, Israel terus melancarkan serangan. Pada Senin (10/6/2024), lima warga sipil tewas dan 30 lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menargetkan kota Rafah dan Khan Younis di sebelah selatan Jalur Gaza. Sejak awal agresi Israel terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023, telah tercatat sebanyak 37.124 orang tewas dan 84.712 lainnya terluka.
Serangan terbaru juga menimbulkan korban jiwa, dengan 40 orang tewas dan 218 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir. Banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat belum dapat menjangkau mereka.
Keseluruhan, situasi di Gaza semakin genting dan menimbulkan keprihatinan di masyarakat internasional. Israel juga diselidiki di Mahkamah Internasional atas dugaan melakukan genosida di Gaza. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Panglima IDF Yoav Gallant juga menjadi buruan Mahkamah Pidana Internasional atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan. Semoga situasi ini segera mendapat penyelesaian yang damai.