TOKYO dan Ramallah atau Jalur Gaza berjarak sekitar 9.000 kilometer. Tidak hanya berjarak secara geografis, kedua wilayah ini memiliki budaya dan status sosio-ekonomi yang sangat berbeda. Sulit dibayangkan bahwa Jepang, atau setidaknya sebagian warganya, adalah salah satu yang paling aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Pada akhir dekade 1960-an, di Jepang muncul banyak organisasi yang didirikan oleh sejumlah mahasiswa kiri. Para pemuda ini bermimpi menciptakan dunia yang adil dengan cara apa pun.
Pada awal 1970-an, menurut catatan resmi kepolisian Jepang, salah satu organisasi ini melakukan kontak dengan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) yang didirikan oleh pejuang Palestina George Habash. Kedua organisasi ini memiliki pandangan yang sama dalam hal Marxis.
Pada tahun 1971, seorang aktivis perempuan Jepang bernama Fusako Shigenobu pergi ke Lebanon dan mendirikan Tentara Merah Jepang (Japanese Red Army/JRA) atau Nihon Sekigun. Ia membawa puluhan aktivis kiri Jepang.
Lebanon pada saat itu dan hingga sekarang masih dihuni oleh warga Palestina yang terusir sejak tahun 1948. Negara itu menjadi salah satu basis untuk fida’in atau pejuang kemerdekaan Palestina. JRA kemudian menjadikan pembebasan Palestina sebagai salah satu tujuan perjuangannya.
Aksi pertama yang dilakukan oleh JRA dilakukan pada bulan Mei 1972. Tiga anggotanya secara acak menembakkan senjata otomatis ke Bandara Lod Tel Aviv di Israel, menewaskan 24 orang dan melukai 76 lainnya.
Sejak kejadian tersebut, JRA kemudian dicap sebagai organisasi teroris. Pada tahun 1975, pemerintah Jepang terpaksa membebaskan anggota JRA yang ditahan dalam insiden Kuala Lumpur, di mana Kedutaan Besar AS dan fasilitas lainnya di Kuala Lumpur, Malaysia, diduduki oleh anggota JRA. Pada bulan September 1977, mereka juga membajak pesawat Japan Airlines yang menuju Tokyo dari Paris.
Aksi-aksi tersebut membuat anggota JRA diburu oleh otoritas. Polisi melakukan penangkapan terhadap anggota JRA di berbagai negara seperti Rumania, Peru, dan Bolivia. Fusako Shigenobu yang diduga terlibat dalam serangan di Bandara Lod Tel Aviv menjadi buron selama puluhan tahun sebelum ditangkap di Tokyo pada tahun 2000.
Meskipun JRA akhirnya bubar, peran mereka dalam membela Palestina tetap diingat. Fusako Shigenobu dibebaskan dari penjara pada Mei 2022 setelah menjalani hukuman 20 tahun. Dia meminta maaf atas tindakannya yang menyakiti orang yang tidak bersalah.
Meskipun tidak lagi melalui jalur militan, Jepang tetap memberikan dukungan kepada Palestina. Kantor Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dibuka di Tokyo pada tahun 1977. Ketua PLO, Yasser Arafat, juga melakukan kunjungan resmi ke Jepang beberapa kali antara tahun 1981 dan 2000.
Solidaritas antara Jepang dan Palestina tetap terjalin meskipun perjalanan panjang yang telah dilalui.