Neta bakal menghadirkan mobil listrik terbaru berupa Neta X untuk pasar otomotif nasional.
Bahkan, mobil listrik yang akan masuk ke segmen Sport Utility Vehicle (SUV) golongan B tersebut bakal dirakit secara lokal di Indonesia
Bocoran tersebut disampaikan, Vice President of Neta Auto & President of Overseas Business Department Zhou Jiang saat bertemu dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
“Pada bulan Juli akan memproduksi model Neta X. Ini merupakan hasil partner kerja sama di Indonesia dengan kapasitas produksi sekitar 30.000 unit per tahun,” kata Zhou seperti dilansir situs Kemenperin.
Memang tidak disebutkan, secara detail dimana lokasi perakitan Neta X nantinya, apakah bersama Neta V-II atau tidak.
Akan tetapi, kepercayaan diri Zhou tak lepas dari terwujudnya proses produksi Neta V-II yang sudah dirakit secara lokal melalui fasilitas PT Handal Indonesia Motor (HIM), di Bekasi, Jawa Barat.
Bahkan mobil tersebut diklaim telah memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 40 persen.
Selain itu, Zhou menyebutkan, bahwa setelah Neta X meluncur di negara asalnya China, mobil tersebut cukup laris dipasaran.
Maka dari itu, menurut dia hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan terjadi juga di Indonesia.
Zhou menyatakan, tak hanya berhenti di Neta X, perusahaan komitmen memproduksi new model Neta L pada tahun depan.
Namun untuk tahun ini, Neta akan memasarkan produksinya sebanyak 6.000 unit kepada konsumen di Indonesia dan sedang membuka 50 gerai di Indonesia.
Neta juga berkomitmen akan memenuhi TKDN 60 persen pada akhir tahun 2025.
“Kami ingin terus bekerja sama dengan Indonesia, terus meningkatkan kontribusi demi pengembangan produk otomotif di Indonesia,” ujarnya.
Permintaan Pemerintah Indonesia
Strategi Neta dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia, memang tak lepas dari adanya harapan pemerintah Indonesia terhadap perusahaan Hozon Energy Automobile Co., Ltd (Hozon), yang telah merealisasikan investasinya melalui PT Neta Auto Manufacturing Indonesia karena mendukung percepatan produksi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di dalam negeri.
“Kami tentu berharap ke depan, aktivitas produksi Neta bisa lebih ditingkatkan. Apalagi strategi market dari Neta, 50 persen dari total produksi akan dijadikan barang ekspor, dan secara global perusahaan ini sudah melakukan ekspor ke 40 negara di dunia,” kata Agus di Beijing, beberapa waktu lalu.
Kata Agus, pemerintah ikut mendorong Neta bisa tumbuh bersama dengan baik dalam membangun industri otomotif yang berdaya saing global.
“Pemerintah memiliki berbagai macam fasilitas insentif yang bisa dimanfaatkan Neta sehingga bisa menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dan hub ekspor, khususnya untuk roda kendaraan setir kanan,” tuturnya.
Pasalnya, pemerintah Indonesia serius dalam melakukan percepatan pembangunan dan pengembangan untuk ekosistem kendaraan listrik.
“Kami menargetkan pada tahun 2030 nanti, populasi EV di Indonesia dapat mencapai angka 600.000 unit. Jadi, kalau Neta merencanakan produksi 6.000 mobil per tahun, kami yakin penyerapan dari pasar domestik di Indonesia akan sangat baik,” imbuhnya.
Adapun pasar ekspor kendaraan listrik yang perlu dijajaki oleh Neta antara lain ke negara-negara wilayah ASEAN dan Oceania.
“Kami melihat adanya peluang untuk melakukan ekspor ke Australia, karena disana adalah negara dengan setir kanan. Mungkin secara ekonomi bisa menguntungkan, dan diharapkan juga produksinya bisa di Indonesia,” ungkap Agus.