Melanjutkan operasi yang lebih rumit. Ide operasi intelijen seperti ini dimulai pada 1930-an. Saat itu, kelompok Haganah membentuk tim untuk menjalankan misi intelijen dan melakukan operasi pembunuhan terhadap warga Palestina dan umat Islam. Aharon Haim Cohen adalah orang Arab pertama di tim ini. Salah satu unit yang paling menonjol adalah unit Palmach, yang menjadi garis terdepan Haganah. Gagasan menyusup ke komunitas Arab di Palestina muncul pada abad ke-20, ketika anggota geng Hashomer, asosiasi Zionis pertama yang didirikan di Palestina pada 1909, berurusan dengan penduduk gurun di daerah tempat mereka dikirim. Tugas unit-unit ini juga termasuk memberikan informasi kepada dinas intelijen tentang pengiriman senjata, pelatihan, dan persiapan militer orang-orang Arab. Mereka ditugaskan untuk mengintai daerah-daerah di mana pasukan Palmach bermaksud melakukan operasi.
Seiring berjalannya waktu, kelompok Musta’robun berubah menjadi badan intelijen umum. Penggunaan kelompok Musta’robun berkurang selama empat dekade pertama sejak berdirinya Israel. Mereka kembali lagi dan dilanjutkan pada akhir 1980-an. Pada periode antara 1988 dan 1989, ketika intifada pertama dimulai di Tepi Barat dan Jalur Gaza, geng Musta’robun Israel ditunjuk di bawah pengawasan dan arahan militer Israel IDF.
Berdasarkan serial dokumenter “Al Shunduq Al Aswad” yang disiarkan Aljazirah pada 2014, tahapan Arabisasi yang paling brutal terjadi di Gaza adalah setelah pendudukan yang dilakukan pada 1967. Saat itu, Meir Dagan, seorang politisi Israel dan kepala Mossad ke-10, mengatakan bahwa unit rahasia bernama Raymond tiba di Gaza dan memiliki daftar berisi nama 300 orang yang dicari. Ketika unit tersebut pergi dari Gaza Palestina setelah tiga tahun beroperasi, tersisa hanya 10 nama dalam daftar.
Unit Raymond adalah unit yang didirikan oleh Ariel Sharon, Perdana Menteri pendudukan Israel ke-30, yang saat itu menjabat sebagai komandan Distrik Militer Selatan di Jalur Gaza. Jurnalis Moti Kirshenbaum juga menjabarkan, alasan pembentukan unit Musta’rab pada pemberontakan tahun 1987 dan 2000 adalah untuk mencoba segala cara dan metode untuk menghentikan pemberontakan dan memadamkan apinya, karena ribuan metode telah dicoba untuk menghilangkan pemberontakan.
Itu adalah satu-satunya cara bagi seorang tentara Israel untuk mencapai jalan Palestina tanpa dikenali secara langsung, yaitu dengan menyamar sebagai orang Palestina. Musta’robun Israel memainkan peran eksternal yang penting, karena mereka melakukan tindakan teroris seperti pengeboman sinagoga Masouda Shakhtouf di Bagdad pada 1951. Tujuan mereka adalah menyebarkan ketakutan di kalangan Yahudi Irak dan mendorong mereka untuk melakukan hal yang sama dan pindah ke Israel.
Mereka juga mengebom pelabuhan Tripoli di Lebanon dan menanam agen Eli Cohen di Suriah, yang ditemukan dan dieksekusi pada 1965. Namun, tugas utama Musta’robun Israel di wilayah pendudukan Palestina terutama difokuskan pada unit-unit ini, baik di Palestina tahun 1948 di Segitiga, Galilea dan Negev, atau di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Peneliti Israel Ofer Adrat menunjukkan, Musta’robun Israel mengusir banyak orang Yahudi dari Irak agar tinggal di Palestina. Pada tahun 1953, mereka juga mengusir puluhan orang lainnya dari negara-negara Arab lainnya untuk menetap di desa-desa Arab dan pusat-pusat masyarakat.
Dalam laporan surat kabar Al-Quds Al-Arabi, disebutkan bahwa pekerjaan para Musta’rab ini tidak sebatas menjalankan tugas tertentu seperti yang dilakukan Musta’rab saat ini. Mereka sebetulnya juga bermukim di kota-kota Arab, alih-alih kembali ke pangkalan militer Israel.
Ofer Adrat menjelaskan, intelijen Israel menciptakan keluarga Arab dengan menikahi wanita Muslim Palestina dan memiliki anak bersama mereka. Tujuannya untuk melanjutkan proses kamuflase dan berbaur dengan orang-orang Arab tanpa menimbulkan kecurigaan. Bahkan hubungan mereka dengan keluarga asli di Israel benar-benar terputus dalam waktu yang lama.
Intelijen Israel menciptakan keluarga Arab dengan menikahi wanita Muslim Palestina dan memiliki anak bersama mereka. Intelijen Musta’robun Israel mengikuti berbagai pelatihan untuk menjadi orang Arab yang sebenarnya. Mereka bahkan memelajari konsep-konsep Islam membaca Alquran, di samping melatih diri untuk menguasai dialek lokal Palestina.
Kelompok intelijen Musta’robun Israel terbagi menjadi empat unit kesatuan yang sifatnya underground dan ada di Palestina. Pertama, Unit Musta’robun yang berafiliasi dengan Penjaga Perbatasan aktif di Yerusalem untuk menangkap warga Palestina, terutama pemuda tak bersenjata. Kedua, satuan tentara yang paling profesional dan melaksanakan operasi seperti menangkap atau membunuh pejuang perlawanan bersenjata. Ketiga, unit Shin Bet yang bertujuan untuk menangkap atau memata-matai masyarakat Palestina. Keempat ialah Unit Masada, yang berafiliasi dengan Layanan Penjara Israel, bertugas menekan kerusuhan tahanan dan mencoba memikat tahanan Palestina dan mendapatkan informasi dari mereka yang melibatkan mereka dalam tuduhan terhadap mereka.
Tidak ada angka statistik yang akurat mengenai jumlah anggota unit Musta’rab yang berhasil dihabisi di Palestina. Meski begitu, menurut buku Al Musta’robun Farq Al Mawt Al Isroiliyyah karya Ghassan Doar, 422 anggota unit Al Musta’robun terbunuh dalam periode 1988 hingga 2004.