25.2 C
Jakarta
Sunday, November 17, 2024
HomeBeritaPerjalanan Hidup 'Tangan Kanan' Warren Buffet: Dari Karir Militer Menjadi Pakar Investasi...

Perjalanan Hidup ‘Tangan Kanan’ Warren Buffet: Dari Karir Militer Menjadi Pakar Investasi Global

Jakarta – Charlie Munger adalah orang kepercayaan sekaligus ‘tangan kanan’ Warren Buffet. Ia meninggal dunia pada usia ke-99 tahun. Namun siapa sangka jalan kariernya ternyata tidak bermula dari sektor ekonomi, ia sempat menjadi tentara sebelum menjadi salah satu investor terbijak di dunia.
Charlie dikabarkan meninggal dunia pada Selasa (28/11/2023) di salah satu rumah sakit di California, Amerika Serikat. Kematiannya disebut membuat kekosongan di Berkshire Hathaway yang akan sulit untuk terisi kembali meski perusahaan sudah membuat rencana suksesi yang rinci.
“Berkshire Hathaway tidak akan bisa mencapai posisinya sekarang tanpa inspirasi, kebijaksanaan, dan partisipasi Charlie,” ucap Warren Buffet dalam keterangan resminya dilansir dari Reuters, dikutip Rabu (29/11/2023).

Kematian Charlie pun menjadi penanda akhir sebuah era investasi dan korporat Amerika. Charlie sudah 45 tahun menjadi Wakil Ketua Berkshire Hathaway tepatnya sejak 1978. Bersama Buffet, Charlie dihormati dan dipuja oleh berbagai investor di seluruh dunia.
Banyak di antara mereka yang berbondong-bondong menghadiri acara akhir pekan pemegang saham tahunan Berkshire di Omaha, Nebraska, hanya untuk mendengarkan kebijaksanaan sederhana dari Buffet dan Charllie dalam berinvestasi dan kehidupan.
Meskipun Charlie sudah tidak terlibat dalam operasi sehari-hari Berkshire, kematiannya disebut membuat Buffett tidak lagi memiliki kawan lama yang bisa memberi pendapat. Investor juga mengatakan, bahwa meski Berkshire telah menunjuk manajer yang dapat dipercaya untuk menjaga perusahaan tetap berjalan, kerugian yang dialami Berkshire dari meninggalnya Charlie akan sangat terasa.
“Ini adalah sebuah syok. Hal ini akan meninggalkan kekosongan besar bagi investor yang telah mencontohkan pemikiran, perkataan dan aktivitas mereka di sekitar Charlie dan wawasannya,” ucap salah satu pemegang saham Berkshire, Thomas Russo.

Tentara Jago Main Kartu
Charles Thomas Munger lahir pada 1 Januari 1924 di Omaha, Nebraska. Sebagai remaja, ia bekerja di Buffett & Son, sebuah toko kelontong milik kakek Warren Buffett, Ernest P. Buffett. Kakeknya adalah Thomas Charles Munger, seorang hakim pengadilan distrik AS dan wakil negara.
Charlie masuk University of Michigan, di mana ia belajar matematika. Selama kuliah, ia bergabung dengan persaudaraan Sigma Phi Society. Pada awal 1943, beberapa hari setelah ulang tahun ke-19, Charlie keluar dari kuliah untuk melayani di Angkatan Udara AS, ia berpangkat letnan dua. Setelah mendapatkan skor tinggi dalam Uji Klasifikasi Umum Angkatan Darat, Charlie diarahkan untuk mempelajari meteorologi di Caltech di Pasadena, California, kota tempat ia menetap.
Melalui GI Bill, Charlie mengambil sejumlah kursus lanjutan di beberapa universitas. Saat ia mendaftar ke almamaternya, Sekolah Hukum Harvard, dekan sekolah itu menolaknya karena menilai Charlie belum menyelesaikan gelar sarjana. Namun, dekan tersebut berubah pikiran setelah mendapat panggilan dari Roscoe Pound, mantan dekan Sekolah Hukum Harvard dan teman keluarganya.
Charlie berprestasi di sekolah hukum, ia lulus memperoleh gelar magna cum laude alias sempurna pada 1948. Di Harvard, ia menjadi anggota Harvard Legal Aid Bureau. Selama kuliah dan dinas militer, ia mengembangkan “keterampilan penting” yakni bermain kartu. Charlie mengaku menggunakan konsep ini dalam pendekatannya terhadap bisnis.
“Yang harus Anda pelajari adalah melipat (menyerah) lebih awal ketika peluang sedang tidak berpihak pada Anda, namun jika Anda memiliki keuntungan besar, dorong dengan kuat karena Anda tidak selalu mendapatkan kesempatan yang sama. Peluang datang, tetapi tidak sering, jadi manfaatkan ketika datang,” ucapnya dikutip dari buku Damn Right!: Behind the Scenes with Berkshire Hathaway Billionaire Charlie Munger (2000)
Charlie juga menggunakan analogi kartu untuk menjelaskan pendekatannya terhadap investasi, ia melihat bahwa saham perusahaan tidak boleh diperlakukan seperti koleksi kartu bisbol. Investor juga harus mampu bijak dan jeli melihat meramalkan perilaku manusia yang seringkali irasional dan emosional.
Sejak menjadi Wakil Ketua Berkshire, Charlie dikenal dekat dengan Buffet dan berkontribusi untuk mengarahkan modal perusahaan dan tidak berbasa-basi jika Buffet melakukan kesalahan.
“Tentu saja dia adalah saja salah satu investor terhebat yang satu tim dengan Buffet. Saya yakin Buffet secara pribadi merasa sangat kehilangan,” ucap partner Cherry Lane Investments, Rick Meckler.
Charlie dikenal sering menjauhkan Buffet dari membeli perusahaan ‘puntung cerutu’ alias perusahaan biasa-biasa saja yang dijual dengan harga sangat murah. Charlie diketahui selalu mendorong rekannya itu untuk mengutamakan kualitas perusahaan saat berinvestasi.
“Charlie merasa bahwa membeli bisnis yang sangat bagus dengan harga wajar dapat terus menambah dan menginvestasikan kembali arus kas ke dalam pertumbuhan yang berkelanjutan/ Hal ini konsisten dengan cara dia dan buffet yang secara filosofis suka berinvestasi,” kata Presiden Lountzis Asset Management Paul Lountzis.
Manajer Uang Whitney Tilson, yang mengenal secara personal Charlie, mengatakan bahwa satu generasi manajer investasi berhutang budi terhadap kebijaksanaan yang diberikan oleh Charlie dan Buffet.
“Apa yang benar-benar membuat kami melekat pada orang-orang ini adalah nasihat mereka untuk menjalani kehidupan yang utuh dengan memberikan instruksi kepada orang-orang bagaimana berpikir jernih, jujur pada diri sendiri, belajar dari kesalahan dan menghindari bencana,” ungkapnya.
Tilson mengaku ia sering menghadiri belasan rapat dan pernah mendengar satu ungkapan Charlie dalam salah sebuah rapat tertutup.
“Yang ingin saya tahu adalah di mana saya akan mati sehingga saya tidak akan pernah ke sana,” ucap Charlie dikisahkan Tilson.
Masa Depan Berkshire
Berkshire pun diprediksi tidak akan mengganti posisi Charlie dan diketahui belum membahas tersebut secara terbuka. Dua Wakil Ketua Berkshire, Greg Abel dan Ajit Jain pun diketahui sehari-hari punya tugas untuk memantau bisnis non-asuransi dan asuransi Berkshire.
Kematian Munger terjadi satu minggu setelah Buffett menyumbangkan sekitar US$866 juta atau Rp 13,5 triliun (kurs Rp 15.628) saham Berkshire ke empat badan amal keluarga serta mengeluarkan surat langka kepada pemegang saham yang mengakui bahwa waktu hidupnya nya terbatas di masa senja karir investasinya.
Dalam surat yang dikeluarkan pekan lalu, Buffet mengatakan bahwa Berkshire dibentuk agar ‘berumur panjang’ dan dapat bertahan tanpa kehadiran dirinya. Namun, Buffett memang belum pernah secara terbuka mengumumkan akan mundur dari perusahaan tersebut kendati sempat didiagnosis pengidap kanker prostat pada 2012.
“Pada usia 93 tahun, saya merasa baik tetapi sepenuhnya menyadari bahwa saya bermain di babak tambahan,” tulis Buffett.
Tapi berdasarkan rencana suksesi Berkshire, yang secara tidak sengaja disebutkan oleh Charlie pada pertemuan tahunan Berkshire tahun 2021, Greg Abel disebut akan menjadi CEO Berkshire jika Buffett suatu saat tak lagi memimpin.
Putra Buffett yakni Howard pun akan menjadi Ketua Non-Eksekutif Berkshire. Sementara satu atau dua manajer portofolio Berkshire akan mengambil alih investasi perusahaan.
Hingga saat ini, Berkshire diketahui bergerak di berbagai lini bisnis seperti jalur kereta api BNSF, perusahaan asuransi mobil Geico, dan serangkaian operasi energi, industri dan ritel, serta nama-nama konsumen yang sudah dikenal seperti Dairy Queen, Duracell, Fruit of the Loom, dan See’s Candies. Berkshire diketahui juga mempunyai ratusan miliaran dolar saham di perusahaan teknologi Apple.
Pada saat kematiannya, Charlie diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar US$2,6 miliar atau Rp 40 triliun dan menduduki peringkat 1.182 orang terkaya di dunia menurut Forbes. (das/das)

BERITA TERBARU
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER