Kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) yang terus meningkat setiap tahun membuat para pecinta rokok merasa terbebani. Namun, hal ini tidak membuat mereka berhenti merokok seperti yang diharapkan pemerintah. Sebaliknya, mereka mencari alternatif lain untuk tetap bisa menikmati rokok tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Salah satu caranya adalah dengan beralih menggunakan rokok tingwe.
Salah satunya adalah Rustani, seorang sopir taksi online yang merasa kesulitan memenuhi kebutuhan rokoknya karena harga rokok terus naik namun pendapatannya stagnan. Maka dari itu, dia memilih untuk beralih menggunakan rokok tingwe yang harganya lebih terjangkau. Rustani sudah menggunakan rokok tingwe selama dua tahun dan meski tidak se-enak rokok konvensional, dia tetap bisa menikmatinya dan harganya lebih terjangkau.
Pengalaman serupa juga dialami oleh Tama, seorang jurnalis yang merasa terbebani dengan harga rokok yang terus naik. Dia juga beralih menggunakan rokok tingwe yang harganya lebih terjangkau dan bisa bertahan lebih lama.
Namun, beralih ke rokok tingwe juga tidaklah mudah, terutama terkait dengan cita rasanya. Setiap produsen tembakau memiliki cita rasa yang berbeda-beda, sehingga pembeli memerlukan waktu untuk menemukan kedai tembakau yang sesuai dengan selera mereka. Meskipun begitu, bisnis tembakau untuk rokok tingwe telah memberikan keuntungan bagi para pedagang tembakau.
Arka, seorang mahasiswa yang merintis usaha warung tembakau keluarganya mengatakan bahwa bisnis tembakau cukup ramai dengan rokok tingwe, terutama karena harga rokok yang terus naik. Namun, tidak semua pedagang tembakau merasakan hal yang sama. Ridwan, seorang pedagang tembakau merasa bahwa bisnisnya telah merosot dalam setahun terakhir karena tingwe bersaing dengan rokok ilegal yang lebih praktis dan harganya lebih murah.
Kenaikan harga rokok memang telah membawa perubahan pada bisnis tembakau di Indonesia, namun rokok tingwe telah menjadi alternatif yang populer bagi pecinta rokok yang merasa terbebani dengan harga rokok konvensional yang terus naik.
