AIDP akan berfokus pada penguatan respon TBC di setiap negara ASEAN, termasuk di Tingkat komunitas dan pelayanan primer.
Hal ini dilakukan dengan meningkatkan infrastruktur layanan kesehatan yang ada untuk meningkatkan deteksi, pengobatan, dan pencegahan.
Upaya ini juga mencakup pemanfaatan platform teknologi yang semakin berkembang sejak pandemi COVID-19. Termasuk X-ray digital portabel yang memungkinkan pelaksanaan tes TBC di daerah tanpa berpergian ke rumah sakit atau klinik, teknologi diagnostik molekuler cepat, dan alat pengawasan berbasis real-time.
Berbagai langkah kesiapsiagaan TBC ini akan bermanfaat dalam menghadapi pandemi di masa depan, yang kemungkinan besar adalah penyakit menular melalui udara.
Fase pertama dari projek ini akan dimulai dengan pengumpulan data oleh AIDP di 10 negara ASEAN. Ini akan memberikan gambaran pada kapasitas yang dimiliki oleh setiap negara dalam menanggulangi TBC dan pandemi serta membantu dalam merekomendasikan tindakan untuk mencapai kesiapsiagaan melawan pandemi yang lebih baik.
Fase Kedua
Selanjutnya, fase kedua akan berupa dukungan kepada komunitas dan pelayanan kesehatan primer serta inisiatif-inisiatif untuk memperkuat kapasitas penanggulangan TBC di seluruh ASEAN agar dapat menangani airborne respiratory infections atau pandemi.
”Kami juga mengucapkan terima kasih kepada USAID atas komitmennya dalam upaya mengeliminasi TBC di seluruh dunia, terutama di kawasan ASEAN, yang telah membantu mewujudkan AIDP. Tidak lupa kami memberikan apresiasi kepada Pemerintah Lao PDR atas kepemimpinan mereka dalam menyelenggarakan pertemuan pertama AIDP,” kata Deputi Eksekutif Direktur Stop TB Partnership, Dr. Suvanand Sahu.
Sementara, Ketua Dewan Stop TB Partnership, Dr. Teodoro Herbosa menyampaikan, satu hal yang dipelajari dari masa pandemi ini adalah bahwa sistem yang kuat dalam menanggulangi TBC menjadi aset yang signifikan dalam menangani penyakit yang menular melalui udara.
”Berinvestasi untuk mengatasi TBC merupakan investasi untuk mengatasi semua infeksi yang ditularkan melalui udara. TBC diketahui memiliki tingkat kematian yang tinggi, mendekati 15 persen sedangkan COVID-19 memiliki persentase 3.5 persen,” ujar Teodoro.