Koordinator Aksi Penolakan Pengungsi Rohingya, Teuku Wariza, mengomentari kericuhan yang mendapat perhatian internasional. Menurut Wariza, ada provokator yang menyusup dalam aksi tersebut. Tujuan sebenarnya dari gerakan tersebut adalah mendesak pemerintah dan DPRA untuk menyelesaikan masalah pengungsi Rohingya, bukan mengusir pengungsi secara langsung.
“Sudah ada indikasi provokator yang memang kita sudah cek dari presiden mahasiswa Unaya (Universitas Abulyatama). Dia tidak terlibat dalam konsolidasi dan tidak dikenal oleh para mahasiswa Unaya. Dugaan kuat kita mereka itu provokator,” ujar Wariza kepada Republika, Jumat (29/12/2023).
Wariza menjelaskan bahwa gerakan aksi yang menggunakan nama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara, dimulai dengan pertemuan di Taman Safiatuddin, Banda Aceh. Kemudian, massa aksi bergerak menuju gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) untuk menyuarakan tuntutannya.
Setelah bergerak dari DPRA, massa aksi melanjutkan perjalanan ke Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA), tempat pengungsi Rohingya ditampung. Di sana, Wariza mengarahkan massanya untuk beristirahat dan melaksanakan ibadah sholat. Namun, kemudian terdengar kata “serbu”.
Dari situlah, menurut Wariza, kejadian yang menjadi viral hingga media internasional terjadi. Wariza mengaku masih mencari pelaku provokator yang membuat kejadian tersebut terjadi. Setelah kejadian, terlihat jaket almamater Unaya yang tercecer, yang diduga milik provokator.
Menurut dia, gerakan yang dilakukannya tidak menyasar langsung kepada pengungsi Rohingya. Selain kepada DPRA, pihaknya juga mencecar pemerintah Aceh untuk menyelesaikan masalah pengungsi Rohingya di wilayahnya. Pihaknya juga meminta Kemenkumhan Aceh dan Imigrasi setempat untuk segera menandatangani petisi yang diberikan.
Nama Wariza menjadi perbincangan di media sosial setelah videonya diunggah oleh media asal Qatar, Aljazeera. Di sana, dia mengaku mewakili masyarakat Aceh meminta DPRA untuk membuat pernyataan soal penolakan pengungsi Rohingya.