Maruarar Sirait bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum dia menyatakan pamit dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Satu per satu kader muda yang selama ini dianggap vokal di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hengkang. Pertama adalah Eva Sundari yang pindah ke Partai Nasdem, lalu Effendi Simbolon, Budiman Sudjatmiko, dan Maruarar Sirait yang mengikuti langkah politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mendukung pasangan Prabowo-Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Guru Besar Ilmu Politik dari Universitas Andalas, Asrinaldi, mengatakan, eksodus kader muda dari PDIP akan merugikan partai tersebut. Terutama jika setelah Pemilu 2024 nanti PDIP kembali berada di barisan oposisi. PDIP diprediksi akan berperan sebagai oposisi jika kubu Prabowo-Gibran memenangkan Pilpres. PDIP selama ini dikenal tidak mudah tergiur bila diiming-imingi jabatan oleh kubu rival. “Bila skenarionya Prabowo-Gibran menang, besar kemungkinan PDIP akan kembali menjadi oposisi. Dan saat itu mereka membutuhkan kader muda yang vokal dan energik,” kata Asrinaldi, Selasa (16/1/2024). Asrinaldi menyebutkan, ketika PDIP selama 10 tahun menjadi oposisi terhadap Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode 2004-2014, para kader muda yang hengkang menjadi wajah PDIP dengan sikap kritisnya terhadap banyak kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, Asrinaldi mengingatkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk melakukan konsolidasi dan menyatukan seluruh kader.