Pada awal 2024, DBS Group Research memproyeksikan bahwa lingkungan kuartal pertama akan lebih kondusif untuk aset-aset berisiko sehingga investor dapat memperkuat portofolionya. Perkiraan ini didasari oleh prediksi bahwa tingkat suku bunga acuan Amerika Serikat akan mencapai puncaknya seiring dengan melambatnya laju inflasi dan penundaan pengetatan moneter oleh Bank Sentral Amerika Serikat.
Hou Wey Fook, Chief Investment Officer (CIO) dari DBS Group Research menyarankan bahwa untuk ekuitas, investor sebaiknya fokus pada pertumbuhan berkualitas di sektor teknologi dan kebutuhan sekunder. Sedangkan untuk kredit dan obligasi, posisi terbaik (sweet spot) berada di kredit berperingkat A/BBB dengan jangka waktu 3-5 tahun. Investor juga harus tetap berhati-hati dengan risiko kredit yang dapat terakumulasi bahkan setelah kenaikan suku bunga.
Selain itu, Hou juga menyebutkan bahwa pertumbuhan industri barang mewah (luxury) mencatatkan Tingkat Pertumbuhan Tahunan Majemuk (CAGR) sebesar enam persen dalam periode 1996 hingga 2019. Pertumbuhan ini didorong oleh adanya globalisasi dan kekuatan belanja Gen Z.
Hou juga menganggap bahwa industri barang mewah memiliki daya tarik yang kuat dan potensi investasi yang cukup besar. Ia juga membahas bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed sebelumnya memulai pengetatan kebijakan, dengan total kenaikan sebesar 525 basis poin (bps) dalam 16 bulan, menjadikannya siklus kenaikan suku bunga tercepat di sejarah. Di tengah dinamika pasar, Strategi Barbel dengan fokus pada obligasi yang menghasilkan pendapatan di satu sisi dan ekuitas yang tumbuh secara sekuler di sisi lain dapat menjadi solusi.