Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kembali menyuarakan keberatannya terhadap pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto. Pencalonan ini dianggap sebagai tindakan political disobedience yang melanggar konstitusi dan merugikan rakyat Indonesia. Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, mengungkapkan bahwa beberapa ketua umum partai politik telah mengakui bahwa mereka merasa terjepit dan kartu truf mereka dipegang oleh kekuasaan. Ada yang mengatakan bahwa masa jabatan mereka hanya sehari-hari, sementara yang lain mengatakan bahwa mereka mendapatkan tekanan kekuasaan yang keras.
Hasto berharap bahwa gelapnya awan demokrasi ini segera berlalu dan rakyat Indonesia akan menyadari siapa yang meninggalkan siapa demi ambisi kekuasaan. PDIP saat ini merasa sedih dan pasrah kepada Tuhan dan rakyat karena mereka sangat tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini, terutama yang berkaitan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hasto menyatakan bahwa PDIP begitu mencintai dan memberikan keistimewaan yang besar kepada Presiden Jokowi dan keluarganya. Namun mereka merasa ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar konstitusi dan pranata kebaikan.
Pada awalnya, PDIP hanya berdoa agar hal ini tidak terjadi, tetapi kenyataan berkata lain saat ini. Hasto menyinggung seluruh elemen partai yang berhasil memenangkan Jokowi dan keluarganya dalam lima pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan dua pemilihan presiden (Pilpres). Hasto menyatakan bahwa ini adalah wujud rasa sayang mereka pada awalnya, tetapi mereka memilih untuk diam. Namun, para tokoh seperti Butet Kartaredjasa, Goenawan Muhammad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi, dan lainnya, serta para ahli hukum tata negara, tokoh pro demokrasi, dan gerakan masyarakat sipil, akhirnya membuat mereka berani untuk mengungkapkan perasaan mereka.
Menurut survei dari Indikator Politik Indonesia, elektabilitas PDIP masih yang tertinggi setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang usia minimal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Elektabilitas partai ini mencapai 25,2%. Survei ini juga mencatat alas an pemilih memilih PDIP. Alasan pertama adalah karena mereka terbiasa memilih partai ini, yaitu sebesar 28,4%. Alasan terbesar kedua adalah karena mereka suka dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu sebesar 23,9%. Namun, hanya sebesar 2,2% pemilih PDIP yang memilih partai ini karena sosok Megawati Soekarnoputri, meskipun Megawati adalah ketua umum partai ini. Indikator Politik Indonesia menyimpulkan bahwa partai politik sering kali dianggap sebagai kelompok pendukung sosok tertentu. Namun di PDIP, Jokowi memiliki hubungan yang kuat dengan partai ini, sedangkan Megawati justru memiliki pamor yang lebih rendah dibandingkan Jokowi.
Dengan demikian, pernyataan Hasto ini menunjukkan kekecewaan PDIP terhadap pencalonan Gibran dan menegaskan pandangan mereka bahwa pencalonan ini melanggar konstitusi dan membahayakan kepentingan rakyat. PDIP berharap agar rakyat Indonesia memahami situasi ini dan mengambil tindakan yang sesuai dengan kebenaran dan nilai-nilai demokrasi.