Trend kuliner terus berkembang dengan cepat, menciptakan variasi makanan yang menggoda seperti croissant butter, matcha cake, snack kemasan dengan rasa rumput laut, dan tteokbokki. Namun, di balik kelezatan itu, kita harus tetap waspada terhadap kesehatan. Dr. Cut Thalya, seorang spesialis gizi klinik, mengingatkan bahwa tidak semua tren makanan aman dikonsumsi secara berlebihan. Makanan olahan cepat saji, gorengan yang gurih, dan renyah cenderung mengandung lemak jenuh dan lemak trans yang bisa berkontribusi pada obesitas.
Lemak memang penting bagi tubuh untuk fungsi seluler, pembentukan hormon, dan sumber energi, namun jumlah dan jenis lemak yang dikonsumsi perlu diperhatikan. Lemak berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan peradangan dan meningkatkan risiko penyakit. Penilaian obesitas juga berbeda antara Asia dan dunia barat, di mana orang Asia dianggap obesitas jika memiliki BMI di atas 25.
Data dari Riset Kesehatan Dasar dan Survei Kesehatan Indonesia menunjukkan adanya peningkatan prevalensi obesitas dalam lima tahun terakhir di Indonesia. Lebih banyak perempuan dewasa yang mengalami obesitas. Meskipun demikian, tidak semua orang menyadari dampak negatif obesitas. Di Indonesia, kegemukan sering dinormalisasi atau bahkan dipuji sebagai tanda kesuksesan. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga berat badan yang sehat dan mengonsumsi makanan dengan bijaksana.