29.5 C
Jakarta
Monday, November 18, 2024
HomeBeritaWarga Gaza Mengatakan Mereka Akan Mati Kelaparan Jika Tidak Dibom

Warga Gaza Mengatakan Mereka Akan Mati Kelaparan Jika Tidak Dibom

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Rakyat Palestina di Gaza kini mengalami krisis pangan yang dapat mengakibatkan kematian. Hanya ada satu hal yang ada dalam pikiran setiap orang di Gaza saat ini, yaitu bagaimana bisa mendapatkan makanan dan minuman. Pengeboman yang dilakukan tanpa henti oleh Israel sudah tidak bisa lagi diprediksi.

Sejak 9 Oktober, Israel telah melakukan pengepungan penuh terhadap Gaza, memutus pasokan makanan, air, bahan bakar, listrik, dan kebutuhan lainnya di wilayah kantong yang terkepung tersebut.

Setelah satu bulan pengeboman tanpa henti, warga Palestina telah kehabisan sumber daya yang mereka miliki, karena generator tidak berfungsi karena kekurangan bahan bakar dan bahkan persediaan makanan darurat pun habis. Ketakutan akan kematian akibat serangan udara telah menjadi hal sekunder selain kebutuhan makan yang tidak dapat dihindari.

“Ya, saya bisa mendapat sedikit makanan untuk memenuhi kebutuhan saya hari ini, tapi selalu ada kekhawatiran apakah saya akan mendapat makanan besok. Saya pergi mencari kurma, jadi saya bisa makan satu di pagi hari, satu lagi di siang hari, dan satu lagi di malam hari,” kata salah satu warga kamp pengungsi Jabalia di Gaza Palestina, kepada Middle East Eye, Kamis (9/11/2023).

Sebagian besar warga Gaza terkena dampak kekurangan pangan, yang khususnya berdampak pada orang lanjut usia, orang sakit, dan anak-anak. Supermarket telah dibersihkan dari semua produk, dan video yang dibagikan secara online menunjukkan rak-rak kosong.

Toko-toko dan toko roti telah berulang kali dibom oleh Israel sejak dimulainya perang. Bahkan masjid-masjid yang ada airnya pun telah dibom. Titik-titik air dan panel surya juga hilang akibat pemboman tersebut.

“Jika kami tidak dibom sampai mati, kami akan mati kelaparan. Ini adalah ketakutan yang sangat besar. Saya tidak perlu menjelaskan betapa menyakitkannya hal itu. Selama masa krisis ini kita terpaksa meminum air apa pun yang kita temukan, meskipun air tersebut tidak bersih,” kata seorang warga kamp Jabalia.

BERITA TERBARU
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER