Azoospermia merupakan kondisi dimana seorang pria tidak memiliki sperma dalam air mani, yang dapat menjadi sumber kekhawatiran bagi pasangan yang berharap untuk memiliki anak. Menurut dr. Widya Juwita, seorang dokter spesialis andrologi dari Bethsaida Hospital Gading Serpong, faktor penyebab azoospermia pada pria sangat bervariasi, mulai dari kelainan genetik, gangguan hormonal, infeksi, efek samping pengobatan, hingga akibat prosedur medis tertentu seperti kemoterapi atau operasi di daerah testis.
Azoospermia terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu Azoospermia Obstruktif dan Azoospermia Non-obstruktif. Azoospermia Obstruktif disebabkan oleh adanya sumbatan pada saluran reproduksi, seperti di epididimis atau vas deferens, yang menghalangi sperma keluar. Pada kondisi ini, testis masih mampu memproduksi sperma secara normal. Sedangkan Azoospermia Non-obstruktif terjadi karena gangguan produksi sperma di testis, yang bisa disebabkan oleh kelainan genetik, hormonal, atau masalah testis seperti varikokel.
Penanganan untuk azoospermia obstruktif dapat dilakukan melalui pembedahan atau pengambilan sperma langsung dari testis untuk program bayi tabung (IVF/ICSI). Sementara itu, azoospermia non-obstruktif memerlukan penanganan yang lebih kompleks dan seringkali memerlukan terapi hormonal. Dengan pemahaman yang benar mengenai kondisi ini, diharapkan pasangan suami istri yang mengalami azoospermia dapat mencari penanganan yang tepat sesuai dengan jenisnya.
