Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto, menegaskan bahwa pihaknya tidak melibatkan warga sipil dalam proses pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Garut, Jawa Barat. Kasus ledakan tersebut menyebabkan 4 anggota TNI dan 9 warga sipil meninggal dunia. Menurut Agus, warga sipil yang terlibat dalam insiden tersebut adalah pegawai dan tukang masak, bukan untuk membantu dalam pemusnahan amunisi. KSAD Maruli Simanjuntak juga menjelaskan bahwa warga sipil tersebut bekerja sebagai juru masak untuk tentara dan dibayar sebagai honorer. Penglibatan warga sipil ini menjadi bahan evaluasi untuk proses pemusnahan amunisi kedaluwarsa ke depan. Insiden ledakan terjadi saat pemusnahan munisi di Desa Sagara, Garut, dimana 13 orang tewas, termasuk 4 anggota TNI dan 9 warga sipil. Kejadian tragis ini merupakan pelajaran dan peringatan bagi peningkatan keselamatan dalam proses pemusnahan amunisi yang kedaluwarsa. Hal ini selaras dengan upaya pihak TNI untuk memastikan keselamatan dan keamanan dalam setiap aktivitas yang dilakukan.
