Sekolah berperan penting dalam intervensi kesehatan remaja, seperti yang disampaikan oleh Afifah. Data dari BPS tahun 2023 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja menghabiskan waktu mereka di sekolah, menjadikannya institusi yang ideal untuk intervensi kesehatan remaja. Selain itu, Afifah juga membahas Survei GSHS yang dilakukan oleh WHO. Survei ini mengumpulkan data tentang perilaku kesehatan remaja, memberikan informasi penting terkait kebijakan dan program kesehatan remaja di banyak negara.
Di Indonesia, GSHS telah dilakukan sebanyak tiga kali, dan hasil survei terbaru menunjukkan peningkatan perilaku berisiko di kalangan siswa. Namun, terdapat penurunan dalam aktivitas fisik siswa perempuan. Siswa laki-laki cenderung menonjol dalam perilaku berisiko seperti konsumsi minuman berpemanis, tembakau, alkohol, obat-obatan terlarang, dan perilaku seksual pranikah. Sementara itu, siswa perempuan lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental.
Secara regional, siswa di luar Jawa dan Sumatra memiliki tingkat perilaku berisiko yang lebih tinggi daripada siswa di Jawa-Bali dan Sumatra. Namun demikian, hasil GSHS Indonesia tahun 2023 masih lebih rendah daripada negara-negara seperti Thailand dan Filipina. Data ini menggambarkan pentingnya intervensi kesehatan remaja melalui sekolah untuk mengurangi perilaku berisiko di kalangan siswa Indonesia.