Sejak Program Makan Bergizi Gratis (MBG) diperkenalkan, kasus keracunan terus meningkat. Berdasarkan data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) per September 2025, lebih dari 5.360 anak mengalami keracunan akibat program tersebut, dengan risiko kematian yang signifikan.
Angka tersebut kemungkinan lebih tinggi karena banyak kasus yang tersembunyi oleh sekolah dan pemerintah daerah. JPPI menyatakan bahwa kegagalan program MBG dalam melindungi anak telah menjadi ancaman serius bagi masa depan generasi bangsa.
Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, mengungkapkan bahwa jumlah korban keracunan akibat mengonsumsi hidangan MBG terus mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa Presiden dan Badan Gizi Nasional (BGN) tidak dapat lagi mengabaikan tragedi yang terjadi akibat program ini.
JPPI menyoroti bahwa ribuan anak menjadi korban keracunan tanpa adanya evaluasi menyeluruh dari pemerintah. Mereka menilai bahwa program ini dijalankan tanpa keseriusan dan tidak layak untuk dilanjutkan. Dalam situasi seperti ini, jargon “zero incident” tidak lagi memiliki makna jika kejadian keracunan terus terjadi di berbagai daerah.
Ubaid menekankan bahwa jika kejadian keracunan hanya terjadi sekali, mungkin masih bisa dianggap sebagai kesalahan teknis. Namun, jika ribuan anak terus menjadi korban di banyak tempat, hal ini menunjukkan ketidakberhasilan sistem secara menyeluruh dan bukti kegagalan tata kelola yang dikoordinasikan oleh BGN.
