26.3 C
Jakarta
Wednesday, April 30, 2025
HomeBeritaFakta Pelaku Pemerkosa Pasien Modus Bius: Fetish Seksual dan Psikiater

Fakta Pelaku Pemerkosa Pasien Modus Bius: Fetish Seksual dan Psikiater

Kasus pemerkosaan yang menghebohkan publik terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung melibatkan seorang dokter yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad). Pelaku pemerkosaan ini memiliki kelainan seksual atau fetish terhadap orang yang tidak sadarkan diri. Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jawa Barat, Kombes Pol Surawan, menjelaskan bahwa psikolog telah mengkonfirmasi adanya kelainan seksual pada pelaku. Psikiater dokter Zulvia Oktanida Syarif juga menyoroti bahwa kekerasan seksual bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk tenaga medis. Menekankan bahwa penanganan kasus ini harus dilakukan secara hukum dan etik kedokteran, Zulvia memaparkan bahwa pelaku memiliki fetish seksual terhadap orang yang tidak sadarkan diri, yang dalam konteks medis dikenal sebagai parafilia.

Selain itu, Zulvia menyoroti kondisi dunia kedokteran yang belakangan kerap disorot akibat berbagai kasus, seperti bullying dan kekerasan seksual. Menekankan bahwa meski seleksi masuk pendidikan dokter spesialis sangat ketat, kondisi mental seseorang bisa berubah selama proses pendidikan yang panjang. Tragedi pemerkosaan ini terjadi ketika korban sedang menemani ayahnya yang tengah kritis di RSHS Bandung. Pelaku, dengan modus bius, menyuruh korban melakukan transfusi darah seorang diri di lantai tujuh gedung MCHC tanpa pendampingan keluarga. Hal ini mengakibatkan korban tidak sadarkan diri dan akhirnya menjadi korban pemerkosaan.

Kabar penangkapan pelaku pada 23 Maret 2025 di sebuah apartemen di Kota Bandung memberikan sedikit keadilan bagi korban. Adanya sisa sperma dan alat kontrasepsi di tubuh korban, serta hasil tes DNA yang akan dilakukan untuk memperkuat bukti hukum, menjadi langkah penting dalam penegakan hukum terhadap kasus pemerkosaan yang menggemparkan ini. Kejadian ini sekali lagi mengingatkan masyarakat akan pentingnya keadilan dalam penanganan kasus kekerasan seksual, tanpa terpengaruh oleh jabatan, gelar, atau profesi pelaku.

Source link

BERITA TERBARU
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER