Keputusan mendirikan Liga Super Eropa telah menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak. Real Madrid, klub yang menjadi pelopor ide tersebut, kini justru menunjukkan sikap yang lebih bijaksana dengan menekankan pentingnya integritas kompetisi. Mereka mengungkapkan keprihatinan bahwa perubahan sistem kompetisi bisa merusak kesetaraan, mengurangi legitimasi hasil, dan membuka peluang bagi kepentingan non-olahraga. Asosiasi Pesepak Bola Profesional Spanyol dan kelompok pendukung Football Supporters Europe juga menyuarakan penolakan terhadap rencana tersebut.
Sekretaris Jenderal UEFA, Aleksander ÄŒeferin, pernah menekankan bahwa sepak bola seharusnya dimainkan di Eropa agar penggemar bisa menyaksikannya tanpa harus berpergian ke luar negeri. Dampak dari keputusan Liga Super Eropa tidak hanya menuai kritik dari pihak dalam negeri, namun juga dari Komisioner Uni Eropa bidang olahraga, Glenn Micallef, yang menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap klub berbasis komunitas.
Namun, terlepas dari UEFA, keputusan ini juga melibatkan liga-liga nasional, FIFA, dan para klub yang sebelumnya telah menjual pertandingan Super Cup ke berbagai negara di luar Eropa. Dengan demikian, sepak bola Eropa dikritik karena mulai terpengaruh oleh tren komersialisasi tanpa batas, tanpa mempertimbangkan tradisi dan batas wilayah. Akibatnya, esensi dari olahraga ini tampaknya semakin tergerus dan kehilangan identitas aslinya.


